PENDAHULUAN
Kalsium tubuh : 99 % terdapat dalam tulang skelet. Fungsi utama kalsium dalam tubuh adalah peranannya dalam tulang dan kini kalsium banyak disorot dalam hubungan keropos tulang (osteoporosis). Osteoporosis merupakan proses menua yang lebih menonjol pada wanita yang mengakibatkan tulang jadi lebih tipis dan rapuh. Faktor yang mempengaruhi hilangnya kalsium tulang adalah menurunnya hormon estrogen setelah menopause yang menyebabkan massa tulang menurun dengan cepat.
Pada atlet putri yang amenore juga terjadi penurunan kadar estrogen akibatnya juga pada wanita muda bukan terjadi peletakan tulang tetapi justru penurunan massa tulang yang berarti wanita itu akan mempunyai risiko lebih besar untuk dikemudian hari menderita osteoporosis dan patah tulang. Penyebab amenore pada atlet belum seluruhnya dapat dimengerti. Telah diketahui berbagai faktor risiko. Rupanya beberapa atlet putri lebih rentan terhadap stress tertentu.
FAKTOR RISIKO AMENORE (KELAINAN SIKLUS HAID)
1. Latihan berat sekali atau peningkatan tiba-tiba beban latihan. Masih perlu penelitian tentang pengaruh jenis olahraga, intensitas latihan, lamanya latihan, frekuensi latihan atau perubahan tiba-tiba faktor-faktor tersebut.
2. Jenis olahraga misalnya lebih sering pada olahraga lari, senam, balet daripada renang atau balap sepeda.
3. Berat badan dan komposisi tubuh. Atlet yang lemak tubuhnya kurang sampai dibawah normal atau kehilangan lemak tubuh secara drastis akan akibatkan laju metaboliknya juga turun dan produksi estrogennya juga akan menurun sehingga terjadi amenore.
4. Hilangnya lemak tubuh dari bagian penting tubuh (misalnya paha, bokong). Menarche terjadi bila lemak tubuh telah mencapai paling sedikit 17 % dan 22 % untuk haid teratur. Ternyata pendapat ini banyak pro dan kontranya. Pendapat lain mengatakan bahwa lemak tubuh merupakan faktor pengatur fungsi endokrin dan bahwa hilangnya lemak dari bagian tubuh tertentu yang akan menyebabkan amenore. Lemak di bawah pinggang pada daerah panggul, paha dan bokong banyak berhubungan dengan energi untuk kehamilan dan laktasi. Hilangnya/berkurangnya lemak daerah-daerah tersebut dapat mengganggu fungsi reproduksi dengan berkurangnya kemampuan untuk menjadi hamil yaitu dengan terjadinya amenore.
5. Faktor dietetik : gangguan perilaku makan.
6. Diet restriksi yang berat (misalnya diet vegeterian dengan susunan buruk, diet rendah kalori). Masukan rendah lemak dan tinggi serat seperti yang sering dijumpai pada vegeterian, mempunyai hubungan dengan perubahan kadar estrogen yang mengakibatkan amenore. Kelainan makan baik pada atlet maupun pada non atlet mempunyai hubungan kuat dengan gangguan haid. Hubungan ini mungkin dapat diterangkan melalui stress emosional, masukan makanan yang tidak cukup, efek terhadap berat badan dan komposisi tubuh.
7. Menarche yang terlambat (late maturers).
8. Haid yang tidak teratur sebelum mulai latihan.
9. Stress emosional.
10. Latihan berat sebelum menarche.
11. Keadaan medik dan penyebab lain. Ada penyebab-penyebab lainnya dari amenore termasuk kehamilan dan masalah medik seperti tumor kelenjar hipofise, kelainan indung telur, hiperprolaktinemia, hipotiroidi. Jadi pada atlet pun keadaan patologik tak boleh diabaikan.
12. Masalah multifaktorial. Pada saat ini tak ada satu teoripun yang dapat cukup menerangkan penyebab amenore pada atlet dan bila tak ada masalah medik, mungkin sekali ditemui berbagai faktor yang berhubungan dengan olahraga yang bagi orang-orang tertentu dapat merupakan ancaman. Memang konon katanya beberapa orang dapat mengontrol waktu haidnya dengan memanipulasi intensitas latihan, berat badan dan kadar lemak tubuh.
MASALAH YANG BERHUBUNGAN DENGAN AMENORE DAN MASALAH HAID LAINNYA
Anovulasi dan kelainan fase luteal merupakan isu biasa tentang kelainan haid pada atlet dan merupakan penyebab berkurangnya fertilitas. Tetapi infertilitas itu reversibel dengan timbulnya kembali haid atau dengan pemberian hormon; namun anovulasi yang menahun harus diobati dengan estrogen. Kini telah diketahui aspek amenore pada atlet yang paling merugikan sehubungan dengan ditemukannya hipoestrogenemia pada atlet amenore dibandingkan dengan atlet yang siklus haidnya normal. Adanya hubungan antara kadar estrogen yang rendah kronik dan hilangnya massa tulang, berarti bahwa amenore pada atlet juga merupakan risiko bagi osteoporosis / keropos tulang.
OSTEOPOROSIS OLAHRAGA
Perkembangan normal tulang ditandai oleh peningkatan cepat massa tulang selama remaja, dicapainya puncak massa tulang pada usia 20 tahun (bukan seperti yang tradisional dikatakan antara usia 30–40 tahun) dan kemudian terjadi penurunan kembali. Wanita kehilangan kurang lebih 35% tulang kortex dan 50% tulang trabekula dibandingkan dengan 23% dan 33% pada pria. Turunnya massa tulang paling cepat setelah mulainya menopause, suatu keadaan yang disertai turunnya kadar estrogen. Keadaan serupa dengan turunnya kadar estrogen pada amenore atlet. Kepadatan massa tulang itu dapat dilihat/diperiksa dengan DPA, QCT, DEXA.
Ternyata memang kini telah ditemui bahwa amenore dan oligomenore pada atlet menunjukkan penurunan densitas tulang dibandingkan dengan atlet yang haidnya normal. Diketahui pula bahwa pembentukan tulang pada orang dewasa sangat dipacu oleh latihan olahraga dengan beban seperti yang misalnya ditemui pada atlet angkat besi dan dayung dan bahwa immobilisasi sangat menurunkan massa tulang.
Osteopenia dapat disebabkan oleh :
1. Hipoestrogenemia.
2. Masukan kalsium yang rendah.
Faktor dietetik lainnya yang dianggap juga menyebabkan keseimbangan kalsium negatif adalah masukan tinggi - garam -alkohol
- Protein - kafein
- serat
Faktor lain yang dianggap juga berhubungan dengan hilangnya massa tulang adalah: rokok dan potongan tubuh yang ramping, ringan seperti pelari, penari balet, pesenam.
MASALAH YANG BERHUBUNGAN DENGAN DENSITAS TULANG YANG RENDAH.
Densitas tulang berhubungan dengan kekuatan tulang dan risiko patah tulang.
Faktor risiko penyebab patah tulang karena stress (stress fracture) a.l.:
- dosis latihan
- jenis sepatu.
Stress fracture adalah fraktur komplet / sebagian akibat ketidakmampuan bertahan terhadap stress kronik yang berulang secara berirama dan submaksimal, sehingga proses resorpsi lebih besar daripada perbaikan. Stress fracture ini sering ditemui pada atlet amenore.
PENCEGAHAN HILANGNYA MASSA TULANG.
Terutama di masa remaja dan dewasa muda untuk mencapai massa tulang puncak yang tinggi perlu :
- Makanan tinggi kalsium.
- Batasi masukan garam.
- Cukup masukan protein (tak berlebihan).
MASUKAN KALSIUM YANG DIANJURKAN.
Pria : remaja 12 – 15 tahun 1200 mg/hari.
16 – 18 tahun 1000 mg/hari.
dewasa 800 mg/hari.
Wanita : remaja 12 – 15 tahun 1000 mg/hari.
16 – 18 tahun 800 mg/hari.
dewasa reproduktif 800 mg/hari.
menopause/atlet amenore 1000 mg/hari.
hamil trimester III 1100 mg/hari.
menyusui 1300 mg/hari.
PENGOBATAN OSTEOPENIA PADA ATLET AMENORE.
Menurunnya densitas tulang cepat terjadi pada wanita amenore dan paling cepat dalam 3 tahun pertama amenore (kurang lebih 4 % /tahun) setelah itu frekuensinya menurun. Dengan timbulnya kembali haid yang teratur maka densitas tulang meningkat kembali meskipun belum pasti apakah akan dicapai densitas tulang normal dan kekuatan tulang pulih seperti sediakala.
Pertama-tama pengobatan amenore olahraga adalah dengan mengobati defisiensi estrogennya secepat mungkin. Diberikan HRT (hormone replacement therapy), dapat dalam bentuk pil anti hamil.
- Makanan tinggi kalsium.
- Suplementasi kalsium. Sebaiknya diminum malam sebelum tidur untuk mencegah kompetisi langsung dengan nutrien lain misalnya besi.
- Hindari masukan yang berhubungan negatif dengan kalsium seperti masukan protein terlalu tinggi, tinggi garam dan fosfor.
- Perbaiki kelainan perilaku makan (bila ada).
PENGGUNAAN Ca PADA ATLET AMENORRHOEA :
· Amenorrhoea = tidak mens, merupakan bagian dari triad atlet wanita
- gangguan makan
- amenorrhoea
- osteoporosis
- terjadi pada atlet + non atlet
- biasanya penyebabnya adalah karena ingin langsing atau BB ideal, sehingga melakukan upaya penurunan BB yang salah, seperti : menahan makan, muntah, memakai laxans atau diuretika dan hal ini menyebabkan gangguan makan sampai amenorrhoea dan osteoporosis.
- Gangguan makan : gangguan pada sikap makan, gambaran tentang tubuh, emosi dan hubungan dengan orang lain.
- Anorexia nervosa : sikap makan yang sangat restriktif, dimana terus tidak makan dan tetap merasa gemuk padahal BB telah 15% di bawah ideal.
- Bulimia nervosa : menahan tidak makan atau berpuasa yang diikuti oleh muntah-muntah atau dengan bantuan zat-zat (seperti laxans, diuretika dan lain-lain).
- Eumenorrhoea : siklus mens yang normal, 10 – 13 mens per th.
- Oligomenorrhoea : siklus mens tidak teratur dengan interval 33-90 hari.
- Amenorrhoea : sering pada cabang olahraga dimana perlu badan ringan seperti olahraga endurance 65%, olahraga estetika 60%, olahraga dengan klasifikasi BB : 50%.
- Penyebab amenorrhoea :
1. Kemungkinan karena kegagalan untuk mengkompensasi asupan makanan dengan kebutuhan energi.
2. Pada atlet, perbedaan signifikan antara eumenorrhoea dengan amenorrhoea adalah pada jarak latihan dan densitas tulang belakang.
3. Pasien anorexia nervosa dan bulimia nervosa ternyata banyak yang mengalami gangguan mens karena kurang makan.
- Osteoporosis : Penyakit yang ditandai dengan massa tulang yang rendah dan kemunduran jaringan mikro tulang yang dapat menyebabkan peningkatan fragilitas tulang dan peningkatan risiko patah.
- Untuk mencegah gangguan hormon dan osteoporosis, wanita yang aktif secara fisik harus makan-makanan yang sesuai dengan kebutuhan energi.
- Kebutuhan Ca untuk atlet minimal 1.500 mg per hari, untuk mempertahankan keseimbangan Ca.
- Kebutuhan orang biasa : 500 – 1.000 mg per hari
Fungsi Ca :
- Membentuk dan memelihara tulang dan gigi yang sehat.
- Membantu kerja otot dan syaraf
- Membantu proses pembekuan darah
- Mengontrol kadar kolesterol darah
- Membantu penyerapan vitamin B12
KESIMPULAN
1. Atlet puteri harus tahu tentang bahaya amenore yang berkepanjangan dan harus cepat memeriksakan diri
2. Sebelum membuat diagnosa adanya amenore olahraga atau stress fracture karena osteopenia, harus disingkirkan dulu penyebab-penyebab lainnya. Untuk pengobatan harus ada kerja sama antara dokter olahraga, dokter ahli gizi, ahli gizi dan pelatih
3. Setelah dibuat diagnosa amenore olahraga maka dicari pencetusnya seperti misalnya kehilangan berat badan, kelainan perilaku makan atau peningkatan intensitas latihan.
4. Wawancara mengenai program latihan dapat menerangkan penyebab lain dari stress fracture seperti overtraining, perlengkapan olahraga yang tidak cocok, penurunan berat badan atau masukan makanan yang kurang.
5. Bila atlet telah 6 bulan amenore dan rupanya mempunyai risiko tinggi untuk densitas tulang yang rendah (indikasi stress fracture, potongan tubuh kecil atau berat badan rendah, riwayat osteoporosis dalam keluarga), maka biasanya harus dilakukan pemeriksaan densitas tulang
6. Atlet amenore dengan densitas tulang yang baik, dianjurkan untuk diperiksa setiap 6 bulan sekali. Atlet yang amenore berkepanjangan dinasihatkan agar memulai kembali haidnya misalnya dengan mengubah jumlah atau jenis latihannya, meningkatkan lemak tubuh atau mengubah dietnya.
7. Pengobatan agresif diperlukan bagi atlet yang baru saja amenore tetapi yang sudah menunjukkan densitas tulang yang menurun secara progresif atau sudah terjadi cedera tulang maka dapat diberikan estrogen / pil KB serta suplementasi kalsium.
8. Harus dilakukan penilaian keadaan gizi atlet. Cari penyebab amenorenya atau rendahnya densitas tulang, misalnya dengan memeriksa :
*Masukan energi total *Adakah gangguan makan
*Kebutuhan energi *Apakah vegetarian / vegan
*Masukan kalsium *Adakah inhibitor kalsium
9. Bila diperlukan dapat dikonsultasikan kepada psikolog
10. Berikan cukup energi dan kalsium untuk semua atlet
11. Anjurkan bahan makanan tinggi kalsium
12. Hilangkan tahyul / kepercayaan yang salah tentang makanan dan anjurkan susunan makanan yang baik
13. Gunakan suplemen kalsium sekali sehari sebelum tidur untuk penyerapan maksimal
DAFTAR PUSTAKA.
1. Burke L (1994), Sports amenorrhea, osteopenia, stress fractures and calcium. Dalam : Burke L dan Deakin V (Edit), Clinical Sports Nutrition, McGraw – Hill Book Co, Sydney, hal 200 – 226.
2. Burke L (1995); The Complete Guide to Food for Sports Performance, 2nd ed., Allen & Unwin, Australia, hal. 54 – 60
3. Oey KN (1992), Daftar Analisis Bahan Makanan, Fak. Kedokt. UI
4. Wahlqvist ML & Wattanapenpaiboon N (1997), Nutrition and osteoporosis. Dalam : Wahlqvist M (Edit), Food and Nutrition, Asian and the Pacific, Allen & Unwin, Sydney, hal. 416 – 424
Sumber :
Sundgot – Burgen, J. : The Triad of Disordered Eating, Amenorrhoea and Osteoporosis, Insider, Isostar Sport Nutririon Foundation, Maastricht, 1998.
1 comment:
artikelnya bagus banget, dan sangat membantu :)
Post a Comment