Pasang Iklan

ads ads ads ads ads ads

Wednesday 23 June 2010

Tempat Pariwisata di Makassar


1. Pantai Losari 

Pantai Losari adalah sebuah pantai yang terletak di sebelah barat kota Makassar. Pantai ini menjadi tempat bagi warga Makassar untuk menghabiskan waktu pada pagi, sore dan malam hari menikmati pemandangan matahari tenggelam yang sangat indah.



Dahulu, pantai ini dikenal dengan pusat makanan laut dan ikan bakar di malam hari (karena para penjual dan pedagang hanya beroperasi pada malam hari), serta disebut-sebut sebagai warung terpanjang di dunia (karena warung-warung tenda berjejer di sepanjang pantai yang panjangnya kurang lebih satu kilometer).
Salah satu penganan khas Makassar yang dijajak di warung-warung tenda itu adalah pisang epe (pisang mentah yang dibakar, kemudian dibuat pipih, dan dicampur dengan air gula merah. Paling enak dimakan saat masih hangat). Saat ini warung-warung tenda yang menjajakan makanan laut tersebut telah dipindahkan pada sebuah tempat di depan rumah jabatan Walikota Makassar yang juga masih berada di sekitar Pantai Losari. Pada sore hari, semua orang bisa menikmati proses atau detik-detik tenggelamnya matahar Sunset.

Warga Makassar sungguh beruntung memiliki akses langsung ke pantai di tengah kotanya, di mana mereka hidup, berolahraga hingga bermain dengan leluasa. Namanya Pantai Losari. Letaknya persis di sebelah barat kota, tapi di tengah kota. Di mana setiap saat warganya biasa menikmati pemandangan laut, atau pada sore hari menyaksikan pemandangan megah matahari terbenam, menelan bulat-bulat segala romansanya sepuas-puasnya.


Dulu, di pantai ini berjejer penjual makanan mulai sore hingga malam hari. Mulai dari nasi goreng, bakso dan nyuknyang, mie, pisangeppe hingga sarabba. Makanya sering disebut sebagai meja makan terpanjang di dunia. Kurang-lebih panjangnya 800 meter. Yang dimaksud ‘meja makan’ di sini adalah tanggul batu yang menahan bibir pantai di Jl. Pasar Ikan itu dari abrasi.
Namun kini warung-warung tenda tersebut telah dipindahkan pada lokasi khusus di sekitar kawasan tersebut. Di Pantai Losari juga terletak rumah jabatan Walikota Makassar, lalu ada dua hotel yang menjorok ke tengah laut, yakni Makassar Golden Hotel dan Hotel Pantai Gapura. Jalan ini sendiri membentang dari Tempat pelelangan Ikan di Jl. Rajawali hingga ke kawasan Pelabuhan laut Soekarno Hatta. Pada bagian utara Pantai Losari terdapat terminal perahu motor untuk berwisata ke Pulau Kahyangan. Juga situs bersejarah Fort Rotterdam. Datanglah pagi hari untuk senam atau jogging di sini, atau sekadar menghirup udara pantai yang segar. Atau sore hari untuk menikmati matahari terbenam dari ujung ke ujung horizon. Pada tahun 2006 Pantai Losari direnovasi hingga muncullah wajah barunya sebagai ikon kota Makassar. Lebih bersih dan indah. Dan bagi warga di kota besar lainnya di Indonesia yang tidak punya pantai di tengah kota seperti ini, Pantai Losari sungguh kemegahan yang membuat iri
2.   Benteng Rotterdam
Fort Rotterdam atau Benteng Ujung Pandang (Jum Pandang) adalah sebuah benteng peninggalan Kerajaan Gowa-Tallo. Letak benteng ini berada di pinggir pantai sebelah barat Kota MakassarSulawesi Selatan.
Benteng ini dibangun pada tahun 1545 oleh Raja Gowa ke-9 yang bernama I manrigau Daeng Bonto Karaeng Lakiung Tumapa'risi' kallonna. Awalnya benteng ini berbahan dasar tanah liat, namun pada masa pemerintahan Raja Gowa ke-14 Sultan Alauddin konstruksi benteng ini diganti menjadi batu padas yang bersumber dari Pegunungan Karst yang ada di daerah Maros. Benteng Ujung Pandang ini berbentuk seperti seekor penyu yang hendak merangkak turun ke lautan. Dari segi bentuknya sangat jelas filosofi Kerajaan Gowa, bahwa penyu dapat hidup di darat maupun di laut. Begitu pun dengan Kerajaan Gowa yang berjaya di daratan maupun di lautan.
Nama asli benteng ini adalah Benteng Ujung Pandang, biasa juga orang Gowa-Makassar menyebut benteng ini dengan sebutan Benteng Panyyua yang merupakan markas pasukan katak Kerajaan Gowa. Kerajaan Gowa-Tallo akhirnya menandatangani perjanjian Bungayya yang salah satu pasalnya mewajibkan Kerajaan Gowa untuk menyerahkan benteng ini kepada Belanda. Pada saat Belanda menempati benteng ini, nama Benteng Ujung Pandang diubah menjadi Fort Rotterdam. Cornelis Speelman sengaja memilih nama Fort Rotterdam untuk mengenang daerah kelahirannya di Belanda. Benteng ini kemudian digunakan oleh Belanda sebagai pusat penampungan rempah-rempah di Indonesia bagian timur.
Di kompleks Benteng Ujung Pandang kini terdapat Museum La Galigo yang di dalamnya terdapat banyak referensi mengenai sejarah kebesaran Makassar (Gowa-Tallo) dan daerah-daerah lainnya yang ada di Sulawesi Selatan. Sebagian besar gedung benteng ini masih utuh dan menjadi salah satu objek wisata di Kota Makassar.
Kini di dalam bangunan benteng, terdapat Museum Negeri La Galigo yang menyimpang pernak pernik yang berasal dari Tana Toraja. Museum Negeri La Galigo sendiri menurut sebuah sumber, diresmikan oleh Dirjen Kebudayaan, Prof. Dr. Ida Bagus Mantra tanggal 24 Februari 1974. La Galigo konon diambil dari sebuah epos yang berjudul I La Galigo. Kabarnya karya ini merupakan karya sastra kebanggaan orang Bugis dengan naskah sepanjang 31.500 halaman dan lebih panjang daripada Mahabarata. Nama I La Galigo sendiri merupakan nama salah satu tokoh didalamnya yang merupakan seorang ahli sastra. Legenda dan mitos asal usul orang Bugis yang berada di kerajaan Luwu dan Wajo pada abad 14 sebelum pindah ke Gowa dan Bone ini sering dipentaskan di beberapa negara baik di Asia, Eropa maupun Amerika. anehnya (ato gwnya aja yang ga tau ya) di Indonesia jarang sekali terdengar sebuah I La Galigo dimainkan. 


3.   Benteng Sompa Opu

Benteng Somba Opu dibangun oleh Raja Gowa ke IX Daeng Matanre tumaparisi Kallonna pada abad ke XVI (1550 1650), yang merupakan Kerajaan Gowa dan salah satu kota Bandar terbesar di Asian Tenggara pada masanya. Benteng Somba Opu merupakan peninggalan sejarah kerajaan perkasa masa lalu di Sulawesi Selatan, sekarang kawasan ini dijadikan pusat budaya miniature Sulawesi Selatan dan telah dibangun berbagai rumah adat tradisinal dari semua suku/etnis yang ada disana (Sulsel). Dimana semua rumah dapat menggambarkan budanya masing-masing

1 comment:

universitas terbaik said...

wah banyak jg pariwisata di indonesia.
wonderful indonesia

Post a Comment