Wednesday, 21 April 2010
BISNIS DAN MANAJEMEN OLAHRAGA
KEGIATAN olahraga memiliki nilai kepada kehidupan manusia, baik nilai ideologi, politik, ekonomi, sosial dan budaya. Nilai-nilai olahraga itu mempengaruhi keberhasilan pembangunan nasional, termasuk pembangunan ekonomi dan kualitas sumber daya manusia. Bahkan dapat dikatakan sistem manajemen dan pembinaan olahraga merupakan bagian integral pembangunan kualitas sumber daya manusia.
Sayangnya, sebagian pihak menganggap kegiatan olahraga (termasuk Jasmani dan Olahraga) kurang memiliki kontribusi kepada pembangunan nasional. Padahal olahraga memiliki nilai ekonomi karena dapat meningkatkan produktivitas manusia sebagai sumber daya pembangunan.
Kesegaran jasmani yang memadai meningkatkan kemampuan kerja optimal serta dapat menghemat biaya pemeliharaan kesehatan. Pembinaan olahraga secara matang di masa depan akan memberi kontribusi terhadap peningkatan kesejahteraan perorangan. Misalnya melimpah ruahnya bonus yang diterima Taufik Hidayat setelah mendapat medali emas olimpiade.
Kita pun dapat mengembangkan bisnis dan kegiatan yang berkaitan dengan olahraga. Olahraga pun dapat memicu kegiatan bisnis baru, misalnya pariwisata, tempat hiburan (rekreasi), perhotelan, restoran, pengembangan usaha kecil (makanan dan minuman, serta jajanan lainnya). Akhirnya derivasinya dapat menciptakan lapangan pekerjaan.
Pada saat ini orang Indonesia tidak akan sulit untuk menemukan fitness centre, bowling alleys, kursus, klub dan organisasi olahraga, serta pertandingan, turnamen, dan fasilitas olahraga yang dioperasikan secara bisnis. Usaha intensifikasi dan ekstensifikasi perlu dilanjutkan dan merupakan peluang bisnis bagi seorang berjiwa wirausaha.
Pelaku dan pakar olahraga hendaknya memiliki kesadaran bahwa peranan olahraga dalam menciptakan bisnis sangat mungkin dan diperlukan. Mereka tidak dapat berjalan sendiri dalam melakukan industrialisasi olahraga. Karena itu hendaknya menggandeng pemilik modal sehingga bersinergi menghasilan rencana bisnis yang matang dan dapat diandalkan.
Dalam kaitan inilah menurut Arismunandar (1997), wawasan bisnis dan manajemen diperlukan untuk memajukan dan mengembangkan bisnis olahraga. Hal ini penting karena maju dan berkembangnya bisnis itu akan memicu penelitian dan pengembangan, meningkatkan mutu pendidikan dan pengembangan ilmu dan teknologi olahraga, meningkatkan prestasi, serta memperbanyak kesempatan kerja.
Setiap pertandingan memerlukan penonton dan hendaknya menarik banyak penonton. Pertandingan tanpa penonton pastilah gersang. Motif berprestasi atlet akan menurun apabila tidak ada penonton. Bagaimanapun juga teriakan penonton merupakan pemacu semangat bertanding para atlet.
Pertandingan kurang penonton pun dapat dipastikan membangkrutkan panitia penyelenggara. Di sarnping pendapatan dari tiket akan merosot drastis, para pengusaha atau perusahaan pun kurang berminat mensponsori pertandingan itu. Kondisi ini akan memoros kepada rendahnya tingkat kesejahteraan pelaku olahraga (terutama atlet dan pelatih) serta kurangnya sarana dan prasarana olahraga.
Jika situasinya seperti itu maka akan menjadi lingkaran setan. Kualitas atlet menurun mengakibatkan prestasinya jeblok dan akhirnya pertandingan tidak bermutu. Dampaknya apresiasi masyarakat terhadap olahraga rendah sehingga tidak datang manakala ada pertandingan olahraga. Karena itu memajukan olahraga, meningkatan partisipasi dan apresiasi masyarakat, prestasi dan bisnis olahraga, saling berkaitan dan saling menunjang.
Persyaratan
Pengelolaan olahraga secara bisnis dapat menghasilkan keuntungan (dana). Akan tetapi keuntungan yang dapat diraih sangat tergantung pada mutu fasilitas, produk, pertandingan atau jasa yang dijual, memiliki daya tarik dan ditampilkan pada saat yang tepat, di tempat strategis.
Ada beberapa persyaratan agar kegiatan olahraga dapat menjadi bisnis. Pertama, masyarakat sudah memiliki kesadaran olahraga dapat membugarkan tubuh dan jiwa, meningkatkan kecerdasan (inteligensia dan emosional), meningkatkan produktivitas kerja, mengurangi biaya perawatan kesehatan. Sosialisasi peran dan fungsi olahraga seperti ini selayaknya menjadi program utama pelaku olahraga.
Kedua, tingkat kesejahteraan masyarakat sudah tinggi sehingga masyarakat tidak hanya bergelut memenuhi kebutuhan primer (perut) tetapi masyarakat sudah memerlukan kebutuhan tertier semisal rekreasi dan tontonan (pertandingan olahraga). Karena itu negara (pemerintah, swasta, masyarakat sipil) selayaknya mengusahakan dengan cerdas peningkatan kesejahteraan masyarakat ini.
Ketiga, para pengusaha sudah menyadari potensi dan peluang bisnis dari kegiatan olahraga. Karena itu pemerintah berkewajiban mempromosikan dan menyakinkan para pengusaha bahwa kegiatan olahraga menyimpan potensi dan peluang bisnis yang besar terutama derivasi bisnis kegiatan olahraga itu sendiri seperti transportasi, pariwisata, jasa pelayanan tempat olahraga, perdagangan peralatan olahraga.
Keempat, pemilik modal dan pengurus organisasi keolahragaan serta pelaku olahraga lainnya tidak cukup hanya individu yang mencintai olahraga yang mau berkorban tenaga dan materi, tetapi selayaknya mereka memiliki jiwa wirausaha.
Pelaku olahraga tidak hanya berpikir menghabiskan dana tetapi sudah selayaknya mengerjakan bagaimana aktivitas olahraga yang dilakukan dan diselenggarakan dapat menghasilkan dana.
Pengurus dan pemilik klub atau organisasi olahraga dituntut memiliki kompetensi agar setiap event dan atau pertandingan olahraga dapat menghasilkan keuntungan finansial (uang). Karena itu hukumnya wajib bagi mereka untuk mempunyai kompetensi pemasaran.
Apalagi pemasaran produk event dan pertandingan olahraga tidak memerlukan kehadiran langsung konsumen di lapangan atau tempat event dan pertandingan, akan tetapi dapat melalui media radio atau televisi. Peluang semakin terbuka setelah semakin bertambahnya stasiun radio dan televisi, tidak bisa tidak, kompetensi melakukan negosiasi dan kontrak dengan stasiun radio dan televisi menjadi sangat penting
Olahraga dan Pariwisata
Olahraga merupakan wahana yang memberikan kesempatan dan peluang kepada manusia untuk bersaing, menguasai, menang dan kalah. Olahraga seolah-olah menggantikan peran yang destruktif dan melenyapkan kebudayaan.
Menurut Arismundar (1997), pariwisata juga akan merupakan kegiatan serta memberikan kesempatan kepada manusia untuk bergerak, melihat, belajar, bergaul; mengenal budaya, alam sekitar, keunggulan, keajaiban ataupun keistimewaan tempat lain. Pariwisata juga akan berkembang sampai ke wisata
ilmu dan teknologi, serta wisata olahraga.
Penyelenggaraan pariwisata dan olahraga akan maju dan berkembang dengan kemajuan dan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Pariwisata dan olahraga iuga akan mendorong kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi vang strategis. Pariwisata dan olahraga adalah subjek dan sekaligus juga objek masa depan.
Pariwisata dan olahraga adalah ujung tombak kehidupan masa depan. Kebutuhan pariwisata dan olahraga serta semua kegiatan yang berkaitan dapat memicu bisnis baru, jasa dan produk baru. Karena kepentingan dan kebermanfaatan pariwisata dan olahraga serta keterkaitannya dengan kemajuan bidang lain, maka koordinasi dan dukungan semua pihak (instansi pemerintah, induk dan cabang organisasi olahraga, pelaku usaha dan organisasinya, LSM dan organisasi kemasyarakatan lainnya) sangat diperlukan.
Promosi pariwisata hendaknya meliputi semua kegiatan yang ada sehingga berorientasi pada kepentingan dan keberhasilan semua. Misalnya konferensi, pameran, acara adat, museum, arsitektur, pertunjukan, kesenian, olahraga, dan pariwisata sendiri. (18)
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment