Wednesday, 21 April 2010
BISNIS DAN MANAJEMEN OLAHRAGA
KEGIATAN olahraga memiliki nilai kepada kehidupan manusia, baik nilai ideologi, politik, ekonomi, sosial dan budaya. Nilai-nilai olahraga itu mempengaruhi keberhasilan pembangunan nasional, termasuk pembangunan ekonomi dan kualitas sumber daya manusia. Bahkan dapat dikatakan sistem manajemen dan pembinaan olahraga merupakan bagian integral pembangunan kualitas sumber daya manusia.
Sayangnya, sebagian pihak menganggap kegiatan olahraga (termasuk Jasmani dan Olahraga) kurang memiliki kontribusi kepada pembangunan nasional. Padahal olahraga memiliki nilai ekonomi karena dapat meningkatkan produktivitas manusia sebagai sumber daya pembangunan.
Kesegaran jasmani yang memadai meningkatkan kemampuan kerja optimal serta dapat menghemat biaya pemeliharaan kesehatan. Pembinaan olahraga secara matang di masa depan akan memberi kontribusi terhadap peningkatan kesejahteraan perorangan. Misalnya melimpah ruahnya bonus yang diterima Taufik Hidayat setelah mendapat medali emas olimpiade.
Kita pun dapat mengembangkan bisnis dan kegiatan yang berkaitan dengan olahraga. Olahraga pun dapat memicu kegiatan bisnis baru, misalnya pariwisata, tempat hiburan (rekreasi), perhotelan, restoran, pengembangan usaha kecil (makanan dan minuman, serta jajanan lainnya). Akhirnya derivasinya dapat menciptakan lapangan pekerjaan.
Pada saat ini orang Indonesia tidak akan sulit untuk menemukan fitness centre, bowling alleys, kursus, klub dan organisasi olahraga, serta pertandingan, turnamen, dan fasilitas olahraga yang dioperasikan secara bisnis. Usaha intensifikasi dan ekstensifikasi perlu dilanjutkan dan merupakan peluang bisnis bagi seorang berjiwa wirausaha.
Pelaku dan pakar olahraga hendaknya memiliki kesadaran bahwa peranan olahraga dalam menciptakan bisnis sangat mungkin dan diperlukan. Mereka tidak dapat berjalan sendiri dalam melakukan industrialisasi olahraga. Karena itu hendaknya menggandeng pemilik modal sehingga bersinergi menghasilan rencana bisnis yang matang dan dapat diandalkan.
Dalam kaitan inilah menurut Arismunandar (1997), wawasan bisnis dan manajemen diperlukan untuk memajukan dan mengembangkan bisnis olahraga. Hal ini penting karena maju dan berkembangnya bisnis itu akan memicu penelitian dan pengembangan, meningkatkan mutu pendidikan dan pengembangan ilmu dan teknologi olahraga, meningkatkan prestasi, serta memperbanyak kesempatan kerja.
Setiap pertandingan memerlukan penonton dan hendaknya menarik banyak penonton. Pertandingan tanpa penonton pastilah gersang. Motif berprestasi atlet akan menurun apabila tidak ada penonton. Bagaimanapun juga teriakan penonton merupakan pemacu semangat bertanding para atlet.
Pertandingan kurang penonton pun dapat dipastikan membangkrutkan panitia penyelenggara. Di sarnping pendapatan dari tiket akan merosot drastis, para pengusaha atau perusahaan pun kurang berminat mensponsori pertandingan itu. Kondisi ini akan memoros kepada rendahnya tingkat kesejahteraan pelaku olahraga (terutama atlet dan pelatih) serta kurangnya sarana dan prasarana olahraga.
Jika situasinya seperti itu maka akan menjadi lingkaran setan. Kualitas atlet menurun mengakibatkan prestasinya jeblok dan akhirnya pertandingan tidak bermutu. Dampaknya apresiasi masyarakat terhadap olahraga rendah sehingga tidak datang manakala ada pertandingan olahraga. Karena itu memajukan olahraga, meningkatan partisipasi dan apresiasi masyarakat, prestasi dan bisnis olahraga, saling berkaitan dan saling menunjang.
Persyaratan
Pengelolaan olahraga secara bisnis dapat menghasilkan keuntungan (dana). Akan tetapi keuntungan yang dapat diraih sangat tergantung pada mutu fasilitas, produk, pertandingan atau jasa yang dijual, memiliki daya tarik dan ditampilkan pada saat yang tepat, di tempat strategis.
Ada beberapa persyaratan agar kegiatan olahraga dapat menjadi bisnis. Pertama, masyarakat sudah memiliki kesadaran olahraga dapat membugarkan tubuh dan jiwa, meningkatkan kecerdasan (inteligensia dan emosional), meningkatkan produktivitas kerja, mengurangi biaya perawatan kesehatan. Sosialisasi peran dan fungsi olahraga seperti ini selayaknya menjadi program utama pelaku olahraga.
Kedua, tingkat kesejahteraan masyarakat sudah tinggi sehingga masyarakat tidak hanya bergelut memenuhi kebutuhan primer (perut) tetapi masyarakat sudah memerlukan kebutuhan tertier semisal rekreasi dan tontonan (pertandingan olahraga). Karena itu negara (pemerintah, swasta, masyarakat sipil) selayaknya mengusahakan dengan cerdas peningkatan kesejahteraan masyarakat ini.
Ketiga, para pengusaha sudah menyadari potensi dan peluang bisnis dari kegiatan olahraga. Karena itu pemerintah berkewajiban mempromosikan dan menyakinkan para pengusaha bahwa kegiatan olahraga menyimpan potensi dan peluang bisnis yang besar terutama derivasi bisnis kegiatan olahraga itu sendiri seperti transportasi, pariwisata, jasa pelayanan tempat olahraga, perdagangan peralatan olahraga.
Keempat, pemilik modal dan pengurus organisasi keolahragaan serta pelaku olahraga lainnya tidak cukup hanya individu yang mencintai olahraga yang mau berkorban tenaga dan materi, tetapi selayaknya mereka memiliki jiwa wirausaha.
Pelaku olahraga tidak hanya berpikir menghabiskan dana tetapi sudah selayaknya mengerjakan bagaimana aktivitas olahraga yang dilakukan dan diselenggarakan dapat menghasilkan dana.
Pengurus dan pemilik klub atau organisasi olahraga dituntut memiliki kompetensi agar setiap event dan atau pertandingan olahraga dapat menghasilkan keuntungan finansial (uang). Karena itu hukumnya wajib bagi mereka untuk mempunyai kompetensi pemasaran.
Apalagi pemasaran produk event dan pertandingan olahraga tidak memerlukan kehadiran langsung konsumen di lapangan atau tempat event dan pertandingan, akan tetapi dapat melalui media radio atau televisi. Peluang semakin terbuka setelah semakin bertambahnya stasiun radio dan televisi, tidak bisa tidak, kompetensi melakukan negosiasi dan kontrak dengan stasiun radio dan televisi menjadi sangat penting
Olahraga dan Pariwisata
Olahraga merupakan wahana yang memberikan kesempatan dan peluang kepada manusia untuk bersaing, menguasai, menang dan kalah. Olahraga seolah-olah menggantikan peran yang destruktif dan melenyapkan kebudayaan.
Menurut Arismundar (1997), pariwisata juga akan merupakan kegiatan serta memberikan kesempatan kepada manusia untuk bergerak, melihat, belajar, bergaul; mengenal budaya, alam sekitar, keunggulan, keajaiban ataupun keistimewaan tempat lain. Pariwisata juga akan berkembang sampai ke wisata
ilmu dan teknologi, serta wisata olahraga.
Penyelenggaraan pariwisata dan olahraga akan maju dan berkembang dengan kemajuan dan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Pariwisata dan olahraga iuga akan mendorong kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi vang strategis. Pariwisata dan olahraga adalah subjek dan sekaligus juga objek masa depan.
Pariwisata dan olahraga adalah ujung tombak kehidupan masa depan. Kebutuhan pariwisata dan olahraga serta semua kegiatan yang berkaitan dapat memicu bisnis baru, jasa dan produk baru. Karena kepentingan dan kebermanfaatan pariwisata dan olahraga serta keterkaitannya dengan kemajuan bidang lain, maka koordinasi dan dukungan semua pihak (instansi pemerintah, induk dan cabang organisasi olahraga, pelaku usaha dan organisasinya, LSM dan organisasi kemasyarakatan lainnya) sangat diperlukan.
Promosi pariwisata hendaknya meliputi semua kegiatan yang ada sehingga berorientasi pada kepentingan dan keberhasilan semua. Misalnya konferensi, pameran, acara adat, museum, arsitektur, pertunjukan, kesenian, olahraga, dan pariwisata sendiri. (18)
KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN ( K T S P )
A. Tujuan Umum
Acuan bagi satuan pendidikan SD/MI/SDLB, SMP/MTs/SMPLB, SMA/MA/ SMALB, dan SMK/MAK dalam pengembangan yang akan dilaksanakan pada tingkat satuan pendidikan yang bersangkutan.
B. Tujuan Khusus
Memberikan bekal pengetahuan, keterampilan dan perilaku kepada peserta didik agar mereka memiliki wawasan yang mantap tentang keadaan lingkungan dan kebutuhan masyarakat sesuai dengan nilai-nilai/ aturan yang berlaku di daerahnya dan mendukung kelangsungan pembangunan daerah serta pembangunan nasional. Lebih jelas lagi terutama agar peserta didik dapat:
o Mengenal dan menjadi lebih akrab dengan lingkungan alam, sosial, dan budayanya.
o Memiliki pengetahuan, kemampuan dan keterampilan serta pengetahuan mengenai daerahnya yang berguna bagi dirinya maupun lingkungan masyarakat pada umumnya sebagai bekal siswa.
o Memiliki sikap dan perilaku yang selaras dengan nilai-nilai/ aturan-aturan yang berlaku di daerahnya, serta melestarikan dan mengembangkan nilai-nilai luhur budaya setempat
PENGERTIAN
o Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu.
o Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) adalah kurikulum operasional yang disusun oleh dan dilaksanakan di masing-masing satuan pendidikan. KTSP minimal terdiri dari tujuan pendidikan tingkat satuan pendidikan, struktur dan muatan kurikulum tingkat satuan pendidikan, kalender pendidikan, dan silabus.
RUANG LINGKUP KURIKULUM
1. Lingkup Keadaan dan Kebutuhan Daerah
o Keadaan daerah adalah segala sesuatu yang terdapat di daerah tertentu yang pada dasarnya berkaitan dengan lingkungan alam, lingkungan sosial ekonomi serta berkaitan dengan lingkungan sosial budaya.
o Kebutuhan daerah adalah segala sesuatu yang diperlukan oleh masyarakat di suatu daerah, khususnya untuk kelangsungan hidup dan peningkatan taraf kehidupan masyarakat tersebut, yang disesuaikan dengan arah perkembangan daerah serta potensi daerah yang bersangkutan.
2. Lingkup Isi/Jenis Muatan Lokal
Dapat berupa: bahasa daerah, bahasa Inggris, kesenian daerah, keterampilan dan kerajinan daerah, adat istiadat, dan pengetahuan tentang berbagai ciri khas lingkungan alam sekitar, serta hal-hal yang dianggap perlu oleh daerah yang bersangkutan.
PELAKSANAAN
1. Tahap Persiapan
o Pemetaan Standar Kompetensi, Kompetensi Dasar, Indikator Dalam Tema
Kegiatan Pemetaan
Kegiatan pemetaan ini dilakukan untuk memperoleh gambaran secara menyeluruh dan utuh semua standar kompetensi, kompetensi dasar dan indikator dari berbagai mata pelajaran yang dipadukan dalam tema yang dipilih. Penjabaran Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar ke dalam indikator.
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam mengembangkan indikator ialah:
a. Indikator dikembangkan sesuai dengan karakteristik peserta didik
b. Indikator dikembangkan sesuai dengan karakteristik mata pelajaran
c. Dirumuskan dalam kata kerja oprasional yang terukur dan/atau dapat diamati.
Menentukan tema
Cara penentuan tema :
a. Cara pertama, mempelajari standar kompetensi dan kompetensi dasar yang terdapat dalam masing-masing mata pelajaran, dilanjutkan dengan menentukan tema yang sesuai.
b. Cara kedua, menetapkan terlebih dahulu tema-tema pengikat keterpaduan, untuk menentukan tema tersebut, guru dapat bekerjasama dengan peserta didik sehingga sesuai dengan minat dan kebutuhan anak.
Prinsip Penentuan tema
Memperhatikan lingkungan yang terdekat dengan siswa:
a. Dari yang termudah menuju yang sulit
b. Dari yang sederhana menuju yang kompleks
c. Dari yang konkret menuju ke yang abstrak.
d. Tema yang dipilih harus memungkinkan terjadinya proses berpikir pada diri siswa
e. Ruang lingkup tema disesuaikan dengan usia dan perkembangan siswa, termasuk minat, kebutuhan, dan kemampuannya
o Menetapkan Jaringan Tema
Hubungkan kompetensi dasar dan indikator dengan tema pemersatu sehingga akan terlihat kaitan antara tema, kompetensi dasar dan indikator dari setiap mata pelajaran. Jaringan tema ini dapat dikembangkan sesuai dengan alokasi waktu setiap tema.
o Penyusunan Silabus
Komponen silabus terdiri dari standar kompetensi, kompetensi dasar, indikator, pengalaman belajar, alat/ sumber, dan penilaian.
o Penyusunan rencana Pelaksanaan Pembelajaran
Komponen rencana pembelajaran tematik meliputi:
a. Identitas mata pelajaran (nama mata pelajaran yang akan dipadukan, kelas, semester, dan waktu/banyaknya jam pertemuan yang dialokasikan).
b. Kompetensi dasar dan indikator yang akan dilaksanakan.
c. Materi pokok beserta uraiannya yang perlu dipelajari siswa dalam rangka mencapai kompetensi dasar dan indikator.
d. Strategi pembelajaran (kegiatan pembelajaran secara konkret yang harus dilakukan siswa dalam berinteraksi dengan materi pembelajaran dan sumber belajar untuk menguasai kompetensi dasar dan indikator, kegiatan ini tertuang dalam kegiatan pembukaan, inti dan penutup).
e. Alat dan media yang digunakan untuk memperlancar pencapaian kompetensi dasar, serta sumber bahan yang digunakan dalam kegiatan pembelajaran tematik sesuai dengan kompetensi dasar yang harus dikuasai.
f. Penilaian dan tindak lanjut (prosedur dan instrumen yang akan digunakan untuk menilai pencapaian belajar peserta didik serta tindak lanjut hasil penilaian).
2. Tahap Pelaksanaan
o Tahapan/ jadwal Kegiatan perhari (untukkan pada kelas I – III)
a. Kegiatan Pembukaan (± 1 jampel)
b. Kegiatan Inti (± 3 jampel)
c. Kegiatan Penutup (± 1 jampel)
Tahapan ini diperuntukkan pada kelas I – III.
o Pengaturan Jadwal Pelajaran (untukkan pada kelas VI – XII)
Tahapan Kegiatan/ jadwal kegiatan perhari:
a. Kegiatan Pendahuluan/awal/pembukaan (±1 jam pelajaran)
Kegiatan ini dilakukan terutama untuk menciptakan suasana awal pembelajaran berupa kegiatan untuk pemanasan. Pada tahap ini dapat dilakukan penggalian terhadap pengalaman anak tentang tema yang akan disajikan.
Beberapa contoh kegiatan yang dapat dilakukan adalah bercerita, kegiatan fisik/jasmani, dan menyanyi
b. Kegiatan Inti
Dalam kegiatan inti difokuskan pada kegiatan-kegiatan yang bertujuan untuk pengembangan kemampuan baca, tulis dan hitung. Penyajian bahan pembelajaran dilakukan dengan menggunakan berbagai strategi/metode yang bervariasi dan dapat dilakukan secara klasikal, kelompok kecil, ataupun perorangan.
c. Kegiatan Penutup/Akhir dan Tindak Lanjut
Sifat dari kegiatan penutup adalah untuk menenangkan. Kegiatan yang dapat dilakukan adalah menyimpulkan/mengungkapkan hasil pembelajaran yang telah dilakukan, mendongeng, membacakan cerita dari buku, pantomim, pesan-pesan moral, musik/apresiasi musik.
Contoh Jadwal Harian (1)
Pembuka : Anak berkumpul bernyanyi sambil menari mengikuti irama musik
Inti : - Kegiatan untuk pengembangan membaca
- Kegiatan untuk pengembangan menulis
- Kegiatan untuk pengembangan berhitung
Penutup : Mendongeng atau membaca cerita dari buku cerita
Contoh Jadwal Harian (2)
Pembuka : Anak berkumpul bernyanyi sambil menari mengikuti irama musik, waktu berkumpul (anak menceritakan pengalaman, menyanyi, melakukan kegiatan fisik sesuai dengan tema)
Inti : - Pengembangan kemampuan menulis (kegiatan kelompok
besar)
- Pengembangan kemampuan berhitung (kegiatan kelompok
kecil atau berpasangan)
- Melakukan pengamatan sesuai dengan tema, misalnya
mengamati jenis kendaraan yang lewat pada tema
transportasi, menggambar hewan hasil pengamatan
Penutup : - Mendongeng
- Pesan-pesan moral
- Musik/menyanyi
Pengaturan Jadwal pelajaran
Untuk memudahkan administrasi sekolah terutama dalam penjadwalan. Guru bersama dengan guru mata pelajaran pendidikan agama, guru pendidikan Jasmani dan guru muatan lokal perlu bersama-sama menyusun Jadwal pelajaran.
Acuan bagi satuan pendidikan SD/MI/SDLB, SMP/MTs/SMPLB, SMA/MA/ SMALB, dan SMK/MAK dalam pengembangan yang akan dilaksanakan pada tingkat satuan pendidikan yang bersangkutan.
B. Tujuan Khusus
Memberikan bekal pengetahuan, keterampilan dan perilaku kepada peserta didik agar mereka memiliki wawasan yang mantap tentang keadaan lingkungan dan kebutuhan masyarakat sesuai dengan nilai-nilai/ aturan yang berlaku di daerahnya dan mendukung kelangsungan pembangunan daerah serta pembangunan nasional. Lebih jelas lagi terutama agar peserta didik dapat:
o Mengenal dan menjadi lebih akrab dengan lingkungan alam, sosial, dan budayanya.
o Memiliki pengetahuan, kemampuan dan keterampilan serta pengetahuan mengenai daerahnya yang berguna bagi dirinya maupun lingkungan masyarakat pada umumnya sebagai bekal siswa.
o Memiliki sikap dan perilaku yang selaras dengan nilai-nilai/ aturan-aturan yang berlaku di daerahnya, serta melestarikan dan mengembangkan nilai-nilai luhur budaya setempat
PENGERTIAN
o Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu.
o Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) adalah kurikulum operasional yang disusun oleh dan dilaksanakan di masing-masing satuan pendidikan. KTSP minimal terdiri dari tujuan pendidikan tingkat satuan pendidikan, struktur dan muatan kurikulum tingkat satuan pendidikan, kalender pendidikan, dan silabus.
RUANG LINGKUP KURIKULUM
1. Lingkup Keadaan dan Kebutuhan Daerah
o Keadaan daerah adalah segala sesuatu yang terdapat di daerah tertentu yang pada dasarnya berkaitan dengan lingkungan alam, lingkungan sosial ekonomi serta berkaitan dengan lingkungan sosial budaya.
o Kebutuhan daerah adalah segala sesuatu yang diperlukan oleh masyarakat di suatu daerah, khususnya untuk kelangsungan hidup dan peningkatan taraf kehidupan masyarakat tersebut, yang disesuaikan dengan arah perkembangan daerah serta potensi daerah yang bersangkutan.
2. Lingkup Isi/Jenis Muatan Lokal
Dapat berupa: bahasa daerah, bahasa Inggris, kesenian daerah, keterampilan dan kerajinan daerah, adat istiadat, dan pengetahuan tentang berbagai ciri khas lingkungan alam sekitar, serta hal-hal yang dianggap perlu oleh daerah yang bersangkutan.
PELAKSANAAN
1. Tahap Persiapan
o Pemetaan Standar Kompetensi, Kompetensi Dasar, Indikator Dalam Tema
Kegiatan Pemetaan
Kegiatan pemetaan ini dilakukan untuk memperoleh gambaran secara menyeluruh dan utuh semua standar kompetensi, kompetensi dasar dan indikator dari berbagai mata pelajaran yang dipadukan dalam tema yang dipilih. Penjabaran Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar ke dalam indikator.
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam mengembangkan indikator ialah:
a. Indikator dikembangkan sesuai dengan karakteristik peserta didik
b. Indikator dikembangkan sesuai dengan karakteristik mata pelajaran
c. Dirumuskan dalam kata kerja oprasional yang terukur dan/atau dapat diamati.
Menentukan tema
Cara penentuan tema :
a. Cara pertama, mempelajari standar kompetensi dan kompetensi dasar yang terdapat dalam masing-masing mata pelajaran, dilanjutkan dengan menentukan tema yang sesuai.
b. Cara kedua, menetapkan terlebih dahulu tema-tema pengikat keterpaduan, untuk menentukan tema tersebut, guru dapat bekerjasama dengan peserta didik sehingga sesuai dengan minat dan kebutuhan anak.
Prinsip Penentuan tema
Memperhatikan lingkungan yang terdekat dengan siswa:
a. Dari yang termudah menuju yang sulit
b. Dari yang sederhana menuju yang kompleks
c. Dari yang konkret menuju ke yang abstrak.
d. Tema yang dipilih harus memungkinkan terjadinya proses berpikir pada diri siswa
e. Ruang lingkup tema disesuaikan dengan usia dan perkembangan siswa, termasuk minat, kebutuhan, dan kemampuannya
o Menetapkan Jaringan Tema
Hubungkan kompetensi dasar dan indikator dengan tema pemersatu sehingga akan terlihat kaitan antara tema, kompetensi dasar dan indikator dari setiap mata pelajaran. Jaringan tema ini dapat dikembangkan sesuai dengan alokasi waktu setiap tema.
o Penyusunan Silabus
Komponen silabus terdiri dari standar kompetensi, kompetensi dasar, indikator, pengalaman belajar, alat/ sumber, dan penilaian.
o Penyusunan rencana Pelaksanaan Pembelajaran
Komponen rencana pembelajaran tematik meliputi:
a. Identitas mata pelajaran (nama mata pelajaran yang akan dipadukan, kelas, semester, dan waktu/banyaknya jam pertemuan yang dialokasikan).
b. Kompetensi dasar dan indikator yang akan dilaksanakan.
c. Materi pokok beserta uraiannya yang perlu dipelajari siswa dalam rangka mencapai kompetensi dasar dan indikator.
d. Strategi pembelajaran (kegiatan pembelajaran secara konkret yang harus dilakukan siswa dalam berinteraksi dengan materi pembelajaran dan sumber belajar untuk menguasai kompetensi dasar dan indikator, kegiatan ini tertuang dalam kegiatan pembukaan, inti dan penutup).
e. Alat dan media yang digunakan untuk memperlancar pencapaian kompetensi dasar, serta sumber bahan yang digunakan dalam kegiatan pembelajaran tematik sesuai dengan kompetensi dasar yang harus dikuasai.
f. Penilaian dan tindak lanjut (prosedur dan instrumen yang akan digunakan untuk menilai pencapaian belajar peserta didik serta tindak lanjut hasil penilaian).
2. Tahap Pelaksanaan
o Tahapan/ jadwal Kegiatan perhari (untukkan pada kelas I – III)
a. Kegiatan Pembukaan (± 1 jampel)
b. Kegiatan Inti (± 3 jampel)
c. Kegiatan Penutup (± 1 jampel)
Tahapan ini diperuntukkan pada kelas I – III.
o Pengaturan Jadwal Pelajaran (untukkan pada kelas VI – XII)
Tahapan Kegiatan/ jadwal kegiatan perhari:
a. Kegiatan Pendahuluan/awal/pembukaan (±1 jam pelajaran)
Kegiatan ini dilakukan terutama untuk menciptakan suasana awal pembelajaran berupa kegiatan untuk pemanasan. Pada tahap ini dapat dilakukan penggalian terhadap pengalaman anak tentang tema yang akan disajikan.
Beberapa contoh kegiatan yang dapat dilakukan adalah bercerita, kegiatan fisik/jasmani, dan menyanyi
b. Kegiatan Inti
Dalam kegiatan inti difokuskan pada kegiatan-kegiatan yang bertujuan untuk pengembangan kemampuan baca, tulis dan hitung. Penyajian bahan pembelajaran dilakukan dengan menggunakan berbagai strategi/metode yang bervariasi dan dapat dilakukan secara klasikal, kelompok kecil, ataupun perorangan.
c. Kegiatan Penutup/Akhir dan Tindak Lanjut
Sifat dari kegiatan penutup adalah untuk menenangkan. Kegiatan yang dapat dilakukan adalah menyimpulkan/mengungkapkan hasil pembelajaran yang telah dilakukan, mendongeng, membacakan cerita dari buku, pantomim, pesan-pesan moral, musik/apresiasi musik.
Contoh Jadwal Harian (1)
Pembuka : Anak berkumpul bernyanyi sambil menari mengikuti irama musik
Inti : - Kegiatan untuk pengembangan membaca
- Kegiatan untuk pengembangan menulis
- Kegiatan untuk pengembangan berhitung
Penutup : Mendongeng atau membaca cerita dari buku cerita
Contoh Jadwal Harian (2)
Pembuka : Anak berkumpul bernyanyi sambil menari mengikuti irama musik, waktu berkumpul (anak menceritakan pengalaman, menyanyi, melakukan kegiatan fisik sesuai dengan tema)
Inti : - Pengembangan kemampuan menulis (kegiatan kelompok
besar)
- Pengembangan kemampuan berhitung (kegiatan kelompok
kecil atau berpasangan)
- Melakukan pengamatan sesuai dengan tema, misalnya
mengamati jenis kendaraan yang lewat pada tema
transportasi, menggambar hewan hasil pengamatan
Penutup : - Mendongeng
- Pesan-pesan moral
- Musik/menyanyi
Pengaturan Jadwal pelajaran
Untuk memudahkan administrasi sekolah terutama dalam penjadwalan. Guru bersama dengan guru mata pelajaran pendidikan agama, guru pendidikan Jasmani dan guru muatan lokal perlu bersama-sama menyusun Jadwal pelajaran.
Wednesday, 14 April 2010
ANALISIS KORELASI
BAB II
PEMBAHASAN
A. Definisi Teori Analisi Korelasi.
Dalam teori probabilitas dan statistika, korelasi, juga disebut koefisien korelasi, adalah nilai yang menunjukkan kekuatan dan arah hubungan linier antara dua peubah acak (random variable).
Dengan kata lain analisis korelasi di gunakan untuk mengetahui tentang derajat hubungan antara variable. Jadi, analisi korelasi berhubungan dengan derajat hubungan (seberapa kuat hubungan antara variable-variabel itu terjadi).
Korelasi merupakan teknik analisis yang termasuk dalam salah satu teknik pengukuran asosiasi / hubungan (measures of association). Pengukuran asosiasi merupakan istilah umum yang mengacu pada sekelompok teknik dalam statistik bivariat yang digunakan untuk mengukur kekuatan hubungan antara dua variabel. Diantara sekian banyak teknik-teknik pengukuran asosiasi, terdapat dua teknik korelasi yang sangat populer sampai sekarang, yaitu Korelasi Pearson Product Moment dan Korelasi Rank Spearman. Selain kedua teknik tersebut, terdapat pula teknik-teknik korelasi lain, seperti Kendal, Chi-Square, Phi Coefficient, Goodman-Kruskal, Somer, dan Wilson.
1. Teori Korelasi.
a. Korelasi dan Kausalitas
Ada perbedaan mendasar antara korelasi dan kausalitas. Jika kedua variabel dikatakan berkorelasi, maka kita tergoda untuk mengatakan bahwa variabel yang satu mempengaruhi variabel yang lain atau dengan kata lain terdapat hubungan kausalitas. Kenyataannya belum tentu. Hubungan kausalitas terjadi jika variabel X mempengaruhi Y. Jika kedua variabel diperlakukan secara simetris (nilai pengukuran tetap sama seandainya peranan variabel-variabel tersebut ditukar) maka meski kedua variabel berkorelasi tidak dapat dikatakan mempunyai hubungan kausalitas. Dengan demikian, jika terdapat dua variabel yang berkorelasi, tidak harus terdapat hubungan kausalitas.
Terdapat dictum yang mengatakan “correlation does not imply causation”. Artinya korelasi tidak dapat digunakan secara valid untuk melihat adanya hubungan kausalitas dalam variabel-variabel. Dalam korelasi aspek-aspek yang melandasi terdapatnya hubungan antar variabel mungkin tidak diketahui atau tidak langsung. Oleh karena itu dengan menetapkan korelasi dalam hubungannya dengan variabel-variabel yang diteliti tidak akan memberikan persyaratan yang memadai untuk menetapkan hubungan kausalitas kedalam variabel-variabel tersebut. Sekalipun demikian bukan berarti bahwa korelasi tidak dapat digunakan sebagai indikasi adanya hubungan kausalitas antar variabel. Korelasi dapat digunakan sebagai salah satu bukti adanya kemungkinan terdapatnya hubungan kausalitas tetapi tidak dapat memberikan indikasi hubungan kausalitas seperti apa jika memang itu terjadi dalam variabel-variabel yang diteliti, misalnya model recursive, dimana X mempengaruhi Y atau non-recursive, misalnya X mempengaruhi Y dan Y mempengaruhi X.
Dengan untuk mengidentifikasi hubungan kausalitas tidak dapat begitu saja dilihat dengan kaca mata korelasi tetapi sebaiknya menggunakan model-model yang lebih tepat, misalnya regresi, analisis jalur atau structural equation model.
b. Korelasi dan Linieritas.
Terdapat hubungan erat antara pengertian korelasi dan linieritas. Korelasi Pearson, misalnya, menunjukkan adanya kekuatan hubungan linier dalam dua variabel. Sekalipun demikian jika asumsi normalitas salah maka nilai korelasi tidak akan memadai untuk membuktikan adanya hubungan linieritas. Linieritas artinya asumsi adanya hubungan dalam bentuk garis lurus antara variabel. Linearitas antara dua variabel dapat dinilai melalui observasi scatterplots bivariat. Jika kedua variabel berdistribusi normal dan behubungan secara linier, maka scatterplot berbentuk oval; jika tidak berdistribusi normal scatterplot tidak berbentuk oval.
c. Asumsi
Asumsi dasar korelasi diantaranya seperti tertera di bawah ini:
1) Kedua variabel bersifat independen satu dengan lainnya, artinya masing-masing variabel berdiri sendiri dan tidak tergantung satu dengan lainnya. Tidak ada istilah variabel bebas dan variabel tergantung.
2) Data untuk kedua variabel berdistribusi normal. Data yang mempunyai distribusi normal artinya data yang distribusinya simetris sempurna. Jika digunakan bahasa umum disebut berbentuk kurva bel. Menurut Johnston (2004) ciri-ciri data yang mempunyai distribusi normal ialah sebagai berikut:
a) Kurva frekuensi normal menunjukkan frekuensi tertinggi berada di tengah-tengah, yaitu berada pada rata-rata (mean) nilai distribusi dengan kurva sejajar dan tepat sama pada bagian sisi kiri dan kanannya. Kesimpulannya, nilai yang paling sering muncul dalam distribusi normal ialah rata-rata (average), dengan setengahnya berada dibawah rata-rata dan setengahnya yang lain berada di atas rata-rata.
b) Kurva normal, sering juga disebut sebagai kurva bel, berbentuk simetris sempurna.
c) Karena dua bagian sisi dari tengah-tengah benar-benar simetris, maka frekuensi nilai-nilai diatas rata-rata (mean) akan benar-benar cocok dengan frekuensi nilai-nilai di bawah rata-rata.
d) Frekuensi total semua nilai dalam populasi akan berada dalam area dibawah kurva. Perlu diketahui bahwa area total dibawah kurva mewakili kemungkinan munculnya karakteristik tersebut.
e) Kurva normal dapat mempunyai bentuk yang berbeda-beda. Yang menentukan bentuk-bentuk tersebut adalah nilai rata-rata dan simpangan baku (standard deviation) populasi.
Korelasi bermanfaat untuk mengukur kekuatan hubungan antara dua variabel (kadang lebih dari dua variabel) dengan skala-skala tertentu, misalnya Pearson data harus berskala interval atau rasio; Spearman dan Kendal menggunakan skala ordinal; Chi Square menggunakan data nominal. Kuat lemah hubungan diukur diantara jarak (range) 0 sampai dengan 1. Korelasi mempunyai kemungkinan pengujian hipotesis dua arah (two tailed). Korelasi searah jika nilai koefesien korelasi diketemukan positif; sebaliknya jika nilai koefesien korelasi negatif, korelasi disebut tidak searah. Yang dimaksud dengan koefesien korelasi ialah suatu pengukuran statistik kovariasi atau asosiasi antara dua variabel. Jika koefesien korelasi diketemukan tidak sama dengan nol (0), maka terdapat ketergantungan antara dua variabel tersebut. Jika koefesien korelasi diketemukan +1. maka hubungan tersebut disebut sebagai korelasi sempurna atau hubungan linear sempurna dengan kemiringan (slope) positif.
Jika koefesien korelasi diketemukan -1. maka hubungan tersebut disebut sebagai korelasi sempurna atau hubungan linear sempurna dengan kemiringan (slope) negatif.
Dalam korelasi sempurna tidak diperlukan lagi pengujian hipotesis, karena kedua variabel mempunyai hubungan linear yang sempurna. Artinya variabel X mempengaruhi variabel Y secara sempurna. Jika korelasi sama dengan nol (0), maka tidak terdapat hubungan antara kedua variabel tersebut.
B. Jeni-jenis Korelasi.
1. Korelasi Product Moment.
Teknik korelasi ini di gunakan untuk mencari hubungan dan membuktikan hipotesis hubungan 2 variabel bila data kedua variable berbentuk interval atau ratio dan sumber data dari dua variable atau lebih tersebuat adalah sama.
Pengukuran ini dilakukan dengan menggunakan teknik korelasi Product Moment dari Pearson. Teknik ini bertujuan untuk menguji apakah tiap item atau butir pernyataan benar-benar mampu mengungkap faktor yang akan diukur atau konsistensi internal tiap item alat ukur dalam mengukur suatu faktor.
Nilai korelasi yang diperoleh (nilai korelasi per item dengan total item yang diperoleh setelah dikorelasikan secara statistik per individu) lalu dibandingkan dengan tabel nilai korelasi (r) Product Moment untuk mengetahui apakah nilai korelasi yang diperoleh signifikan atau tidak. Jika indeks nilai yang diperoleh dari perhitungan tersebut memiliki nilai yang lebih besar dari nilai table korelasi maka item itu dinyatakan valid demikian juga sebaliknya. Dalam penelitian ini terdapat keterbatasan menguji validitas alat ukur maka yang dilakukan adalah mengukur kesahihan butir (validitas item).
2. Korelasi Ganda.
Menurut Prof. DR. Sugiyono Korelasi ganda merupakan angka yang menunjukkan arah dan kuatnya hubungan antara dua variable independen secara bersama-sama atau lebih dengan satu variable dependen.
korelasi yang terdiri dari dua variabel bebas (X1, X2) serta satu variabel terikat (Y). apabila perumusan masalahnya terdiri dari tiga masalah, maka hubungan antara masing-masing variabel dilakukan dengan cara perhitungan korelasi sederhana, oleh karena itu berikut ini hanya akan dikemukakan cara perhitungan ganda antara X1, dan X2 dengan Y, yang bila dibagankan akan nampak sebagai berikut :
Jadi untuk mendapatkan korelasi ganda maka harus dihitung terlebih dahulu korelasi sederhananya melalui korelasi Product Moment dari Pearson
3. Korelasi parsial.
Menurut Prof. DR. Sugiyono korelasi parsial di gunakan untuk menganalisis bila peneliti bermaksud mengetahui pengaruh atau mengetahui hubungan antara variable independen dan dependen, dimana salah satu variable independenya dibuat tetap/di kendalikan.
Jadi korelasi parsial merupakan angka yang menunjukkan arah dan kuatnya hubungan antara dua variable atau lebih, setelah variable yang diduga dapat mempengaruhi hubungan variable tersebut tetap/dikendalikan.
Korelasi parsial adalah pengukuran hubungan antara dua variabel, dengan mengontrol atau menyesuaikan efek dari satu atau lebih variabel lain. Singkatnya r1234 adalah korelasi antara 1 dan 2, dengan mengendalikan variabel 3 dan 4 dengan asumsi variabel 1 dan 2 berhubungan linier terhadap variabel 3 dan 4. Korelasi parsial dapat digunakan pada banyak kasus, misalnya apakah nilai penjualan suatu komoditi terkait kuat kepada pembelanjaan iklan ketika efek harga dikendalikan. Jika korelasi parsialnya nol, maka dapat disimpulkan bahwa korelasi yang dihitung sebelumnya adalah semu
C. Kreteria Untuk Memilih Instrument.
Suatu pengukuran ialah skor (angka), yang ditentukan atas dasar sutu tes(Biyakto, 1993: 3). Pengukuran adalah suatu alat bantu dalam proses evaluasi dengan berbagai macam alat dan teknik yang dipergunakan untuk mengumpulkan data. Dengan demikian, yang dimaksud dengan pengukuran(measurement) adalah suatu proses untuk memperoleh besaran kuantitatif dari suatu objek tertentu dengan menggunakan alat ukur (test) yang baku (Wahjoedi, 2001: 12).
Dalam proses pengukuran dapat terjadi kekeliruan-kekeliruan. Ada 2 kelompok kekeliruan, yaitu kekeliruan sistematik (berkaitan dengan alat ukur, metode pengukuran, dan faktor manusia) dan kekeliruan acak (berkaitan dengan factor non teknis/sistematik).
Banyak kriteria-kriteria yang harus dipenuhi ketika kita harus memilih dan menentukan instrument yang tepat untuk melakukan pengukuran (baik itu dengan theodolit/theodolite, maupun total station lainnya) dalam sebuah proses atau dalam memilih valve yang tepat untuk kontrol aliran.
Kriteria tersebut yaitu:
Akurasi: Dalam sebuah alat ukur/alat survey theodolit, akurasi berarti jumlah error yang mungkin terjadi ketika pengukuran sedang dilakukan. Itu berarti seberapa benarnya hasil pengukuran dari nilai aktualnya, dan biasanya digunakan untuk menjelaskan kecocokan alat ukur/ alat survey theodolite itu dalam mengukur nilai besaran yang mau diukur
Daerah operasi (Range of operation): daerah operasi didefinisikan sebagai batas beroperasinya alat ukur/alat survey maupun juga valve, mulai dari nilai tertinggi sampai terendah dimana alat ukur maupun valve itu tetap dapat bekerja dengan benar dan dapat dijamin kebenarannya.
Alokasi dana (Budget/Cost): Alokasi dana dalam pemilihan sangat penting juga karena kita harus dapat menentukan dengan yakin dan benar, dimana meskipun semua spesifikasi sudah dipenuhi oleh alat yang akan kita pilih, tetapi banyak factor lain yang harus diperhatikan.
mengidentifikasi empat kriteria biasanya dipertimbangkan dalam memilih dan mengembangkan alat ukur menerapkan konsep validitas, reliabilitas, dan administrability dalam memilih dan mengembangkan instrumen dalam pendidikan fisik mengidentifikasi tiga jenis norrms.
mengevaluasi perilaku mahasiswa di pendidikan Fisik bahwa instrumen ukur yang tepat diseleksi dan hasil developed.The dari pengukuran diambil server berbagai tujuan. Prestasi untuk menunjukkan kemajuan menuju tujuan mahasiswa, ini mungkin diukur untuk memperkirakan keberhasilan potensial di mengandung kegiatan, tes elektrokardiogram dapat administrability untuk melacak gelombang jantung selama latihan, dan appraisal indeks motivasional mungkin bermanfaat untuk pelatih dalam adalah Ekuivalen tingkat kinerja atlet. Tanpa menggunakan atribut atau properti apa yang sedang diukur harus terbuat dari hasil, semua berbagai exedures digunakan dalam program pengukuran harus posting tertentu penting karakteristik, yang dapat kelas bawah judul validitas, reliabilitas, dan administrability. Norma juga mungkin berharga dalam memilih alat ukur, tapi mereka busur tidak penting. karena mereka dapat dihitung setelah ujian telah diberikan. pertimbangan yang paling penting dalam instrumen pengukuran sejauh mana untuk mengukur apa itu metoded untuk mengukur.
Faktor ini disebut validitas. memiliki tingkat validitas tinggi, tes juga harus memiliki sampai tingkat tinggi reliaibility, yang mengacu pada konsistensi gol. Jika skor serupa yang diperoleh oleh minyak individu yang sama dalam tes yang sama pada waktu yang berbeda, menguji reasesses tingkat kehandalan yang tinggi (dependabilily).
administrability berurusan dengan pertimbangan praktis terlibat dalam memilih instrumen memuaskan (misalnya, kemudahan dari administrasi, waktu yang diperlukan, urutan pengujian, ketersediaan fasilitas dan peralatan, dan biaya). Norma, yang diinginkan tetapi tidak perlu, menunjukkan kinerja normal atau khas dari kelompok referensi pada alat pengukur. Mengukur instrumen dapat digunakan untuk menentukan atribut dari individu. Pada kali, atribut bisa begitu komprehensif dan kompleks yang mungkin sulit dilakukan di kelas pendidikan jasmani untuk mengukur setiap aspek. Dalam hal ini, instruktur dapat memilih sampel kinerja keterampilan yang mewakili atribut. Sampel ini biasanya berkembang menjadi suatu jenis alat ukur yang dapat digunakan di kelas; dari hasil, kesimpulan tentang atribut dapat digambarkan. Misalkan tujuannya adalah untuk siswa untuk mengembangkan kemampuan kinerja motor diperlukan untuk bermain golf. Untuk melakukannya siswa harus mampu melakukan berbagai keterampilan golf, seperti stroke, menggunakan setiap dari hutan (dari tee, fairway, dan kasar), setiap besi (dari tee, fairway, kasar, dan perangkap pasir), chipping (dari fairway kasar, dan. perangkap pasir), dan meletakkan (dari berbagai pesawat). Untuk mengukur kemampuan kas Apakah mungkin memerlukan waktu kelas ekstensif. Instruktur dapat memilih salah satu to tiga keterampilan kinerja sebagai wakil keterampilan kinerja yang diperlukan untuk bermain golf. Sampel pertunjukan assence estimasi kemampuan siswa untuk bermain golf, dan ini ilia kemampuan), disimpulkan dari hasil instrumen measurinng. yang appropriatesness dari kesimpulan dapat ditentukan melalui studi validitas yang menjawab pertanyaan, seberapa baik melakukan alat ukur yang dipilih merupakan kriteria yang harus diselesaikan?
1. Keabsahan
alat ukur ini berlaku untuk deggre bahwa langkah-langkah apa yang dimaksudkan untuk mengukur. ini kriteria tes yang baik mungkin kurang jelas dari yang pertama muncul. misalnya, beberapa pendidik fisik dapat menggunakan tes kinerja secara umum fisik yang mungkin termasuk pull up, jalankan mil dan duduk untuk memperkirakan seberapa baik siswa akan tampil di kelas basket, tapi tes jauh lebih efektif mungkin beberapa jenis keterampilan basket pengujian atau skala penilaian basket. lebih jelas, kita tidak akan menggunakan tes tertulis pada aturan bulutangkis untuk menilai kemampuan bermain bulutangkis dalam situasi permainan single. bukan, orang mungkin keterampilan seperti pendek dan panjang yang jelas server dan tinggi, drop, dan penempatan menghancurkan.
Keabsahan adalah tanpa pertanyaan kriteria yang paling penting dari sebuah alat ukur. tanpa nilai dan kegunaan dari hilang. stopwatch tidak berguna ketika mengukur jarak sebuah lompatan individu, dan tes keterampilan sepak bola memiliki nilai yang kecil dalam menentukan kemampuan berenang. Namun, stopwatch berlaku untuk mengukur waktu untuk berjalan 100 meter, dan memilih tes keterampilan sepak bola mungkin memiliki nilai ketika menentukan kemampuan bermain sepak bola untuk posisi tertentu.
Validitas selalu spesifik untuk penggunaan tertentu. Meskipun sepak bola melewati ujian keterampilan mungkin memiliki jika gelar tinggi validitas untuk menentukan kemampuan individu untuk skor lewat bola, ia memiliki derajat yang sangat rendah validitas untuk menganalisis kemampuan untuk kemampuan untuk menjadi itu seperempat kembali dalam situasi permainan, posisi yang membutuhkan keterampilan dan pengetahuan lain selain lewat. Validitas juga harus berlaku untuk kelompok tertentu. tes mungkin memiliki tingkat validitas yang tinggi bagi siswa maju tapi tidak untuk pemula. tes tenis memerlukan siswa untuk memukul bola yang didorong dari mesin bola tenis ke daerah tertentu mungkin memiliki tingkat validitas yang tinggi untuk pemain maju yang terbiasa dengan kecepatan tinggi bola dan berpengalaman dalam menempatkannya di daerah tertentu , Sedangkan pemula mungkin tidak dapat untuk mencetak sebuah titik pada tes.
validitas bertanya, apa benar dapat disimpulkan dari alat ukur? pertanyaan ini merujuk pada sifat intrinsik alat ukur. pengukuran dapat berupa tes keterampilan kinerja tertentu dari domain motor atau tes pengetahuan dari melakukan kognitif. perhatian adalah untuk mencapai beberapa kesimpulan tentang bagaimana curately skor merupakan keterampilan atau pengetahuan.
Diduga bahwa validitas adalah guru harus di bawah berat badan. Validitas suatu alat ukur tertentu. Instrumen validitas tergantung pada jenis instrumen desirec kesimpulan skor pengukuran. Standar untuk tes internasional dan psikologis (psikologis asosiasi american, 1974) menunjukkan bahwa ada metode umum saling bergantung empat interpendent inferensial dalam mengestimasi validitas: validitas kriteria terkait, metode independen kami memperkirakan validitas mereka saling terkait. Sangat sering lebih dari satu metode dalam mengembangkan instrumen pengukuran. Sebuah konten analisis Anda mungkin akan selesai untuk menentukan tes yang akan dimasukkan dalam pemeriksaan, hasil analisis kami akhirnya dapat digunakan dalam studi prediksi Anda untuk memperkirakan kinerja masa datang.
Subscribe to:
Posts (Atom)