Definisi Otot Rangka
Otot rangka merupakan sejenis otot
berstria yang menghubungkan antara satu tulang ke tulang yang lain. Otot rangka
digunakan untuk pergerakan dan postur badan, dengan mengenakan daya kepada
tulang dan sendi melalui pengecutan. Otot rangka mengecut secara terkawal
melalui stimulasi saraf.
Sel otot rangka mempunyai
bentuk silinder panjang dan nukleus berbilang. Nukleus otot ini terdapat di
bawah membran plasma yang mengosongkan bahagian tengah gentian otot untuk
miofibril. Aturan unik ini membenarkan pergerakan yang lebih berkesan. Otot ini
biasanya mempunyai salah satu hujungnya terlekat kepada tulang pegun seperti
skapula, dan hujung satu lagi melintasi sendi dan melekat kepada tulang yang
lain seperti humerus).
Otot
rangka melekat pada tulang dan meliputi tulang rangka. Fiber otot rangka
merupakan sel otot yang terpanjang, mempunyai jalur yang jelas dan terkawal.
Walaupun otot rangka dikawal oleh sistem saraf jenis otot ini sahaja boleh dikawal
secara sedar. Otot rangka juga bertanggungjawab bagi semua pergerakan badan.
Halaju penguncupan fiber otot rangka bergantung kepada jenis fiber sama fiber
sentak cepat atau fiber sentak lambat. Fiber sentak cepat digunakan untuk
pergerakan yang cepat. Manakala fiber sentak lambat digunkan untuk pergerakan
yang lebih perlahan. Sebagai contoh, pelari pecut 100 meter mempunyai peratusan
fiber sentak cepat yang tinggi berbanding dengan pelari marathon.
Nama lainnya adalah jaringan
otot kerangka karena sebagian besar jenis otot ini melekat pada kerangka
tubule. Kontraksinya menurut kehendak kita dan di bawah pengaruh saraf sadar.
Dinamakan otot lurik karena
bila dilihat di bawah mikroskop tampak adanya garis gelap dan terang
berselang-seling melintang di sepanjang serabut otot. Oleh sebab itu nama lain
dari otot lurik adalah otot bergaris melintang.
Kontraksi otot lurik
berlangsung cepat bila menerima rangsangan, berkontraksi sesuai dengan kehendak
dan di bawah pengaruh saraf sadar. Fungsi otot lurik untuk menggerakkan tulang
dan melindungi kerangka dari benturan keras.
Pengaruh Latihan Terhadap
Kerja Otot Rangka
Sebagai langkah awal, perlu
kiranya Saudara ingat kembali bahwa garis besar penilaian kemampuan kerja otot
adalah kekuatan maksimumnya (yaitu kemampuan maksimum otot menghasilkan gaya
pada satu kontraksi otot), yang disebut juga muscle strength dan daya
tahan otot dalam mempertahankan kontraksi (atau kerja otot) yang disebut
sebagai muscle endurance. Pada latihan otot, prinsip latihan yang
sangat penting adalah Progressive overload principle.
Maksud prinsip ini adalah agar
otot dapat meningkat kekuatannya harus diberi beban kerja di atas beban kerja
yang biasa dilakukan oleh otot tersebut, dan selanjutnya setelah otot tersebut
menjadi lebih kuat maka beban yang diberikan harus lebih tinggi lagi untuk
menghasilkan kemampuan yang lebih meningkat. Dengan menerapkan program
latihan yang memperhatikan prinsip ini, maka otot senantiasa akan memperoleh
rangsang yang memungkinkannya berubah, atau dengan kata lain mengalami adaptasi
latihan. Otot rangka memperlihatkan kemampuan berubah atau
plastisitas yang besar dalam memberi respon terhadap berbagai bentuk
perlatihan. Plastisitas ini berupa adaptasi aktivitas kontraksi yang berbeda
akibat bentuk latihan yang berbeda, yang dalam hal ini adalah latihan kekuatan
(strength) dan daya tahan (endurance). Di tingkat
seluler, adaptasi latihan dapat terlihat sebagai akumulasi sejumlah protein
yang penyebab utamanya adalah perubahan ekspresi gen. Di tingkat organ,
perbedaan ini tampak sebagai otot rangka yang berbeda
karakteristiknya. Dalam suatu latihan otot, beban kerja diberikan
dalam bentuk massa yang harus dilawan atau dipindahkan oleh gaya kontraksi
otot. Dengan memperhatikan besar beban (resistance/intensity) dan
ulangan kontraksi otot (repetitions), pembebanan terhadap otot dapat
diatur. Secara umum, peningkatan kekuatan otot dapat dicapai dengan
latihan beban besar untuk kurang dari 6 kontraksi otot (higher resistances
(high intensity) and lower repetitions) sedangkan daya tahan otot meningkat
pada latihan beban ringan untuk kontraksi otot lebih dari 20 kali (lower
resistances and higher repetitions). Perhatikan bahwa setiap jenis
latihan tersebut merupakan rangsang yang sifatnya spesifik yang akan
menghasilkan suatu bentuk adaptasi otot yang juga bersifat spesifik.
Sifat spesifik dari perangsangan ini juga berlaku khusus pada otot/kelompok
otot yang diaktifkan sehingga analisis kerja otot – khususnya otot penggerak
utama (prime mover) – pada berbagai bentuk latihan harus diperhatikan
agar latihan otot dapat mencapai tujuan.
Pada suatu latihan kekuatan
otot, peningkatan kekuatan otot awalnya disebabkan oleh perbaikan kontrol
sistem saraf motorik seperti penyelarasan rekrutmen motor unit, penurunan
penghambatan autogen Golgi tendon organ, koaktivasi otot agonis
dan antagonis serta frekuensi impuls motorik yang menuju motor unit.
Perubahan struktur dapat terjadi sebagai akibat latihan kekuatan, baik di neuromuscular
junction maupun di serat otot. Pembesaran otot, atau disebut juga
hipertrofi otot dapat terjadi sebagai akibat dari latihan kekuatan otot.
Pada otot yang hipertrofi terjadi peningkatan jumlah miofibril, filamen aktin
dan miosin, sarkoplasma, serta jaringan penunjang lainnya. Peningkatan
pembentukan protein yang dipengaruhi oleh testosteron diduga sebagai faktor
yang mempengaruhi perubahan ini Akibat latihan daya
tahan, otot juga akan mengalami sedikit hipertrofi namun adaptasi terbesar
terjadi pada proses biokimiawi di dalam otot. Mitokondria otot meningkat
jumlahnya, disertai peningkatan jumlah dan aktivitas enzim oksidatif yang
ditunjang oleh perubahan struktur lain yang menunjang peningkatan kerja otot
seperti peningkatan mikrosirkulasi otot. Penelitian selanjutnya
memperlihatkan bahwa otot yang terlatih daya tahannya (endurance-trained)
dapat lebih efektif menggunakan trigliserida, glukosa dan asam lemak bebas
sebagai sumber energi sedemikian rupa sehingga sumber energi utama otot
tersebut pada waktu exercise berubah dari karbohidrat menjadi lemak.