Pasang Iklan

ads ads ads ads ads ads

Monday 11 January 2010

Dimensi Sosiologi Olahraga dan Penjas

BAB I
PEMBAHASAN
Olahraga merupakan cabang ilmu yang mempunyai kaitan dengan berbagai macam ilmu pengetahuan diantaranya sosiologi yang mana olahraga merupakan ilmu yang menekankan pada pola gerak dan interaksi antar sesama manusia.
A. PENGERTIAN OLAHRAGA
Adapun pengertian olahraga secara spesifik adalah Menurut kamus lengkap bahasa Indonesia, penerbit Gitamedia Press, kata olahraga merupakan kata kerja yang diartikan gerak badan agar sehat. Sedang menurut para pakar olahraga, adalah sebuah aktivitas manusia yang bertujuan untuk mencapai kesejahteraan (sejahtera jasmani dan sejahtera rohani) manusia itu sendiri.
B. PENGERTIAN SOSIOLOGI MENURUT PARA AHLI
Selain pengertian dari olahraga,ada pun pengertian sosiologi menurut para ahli sebagai berikut :
1. Pitirim Sorokin
Sosiologi adalah ilmu yang mempelajari hubungan dan pengaruh timbal balik antara aneka macam gejala sosial (misalnya gejala ekonomi, gejala keluarga, dan gejala moral), sosiologi adalah ilmu yang mempelajari hubungan dan pengaruh timbal balik antara gejala sosial dengan gejala non-sosial, dan yang terakhir, sosiologi adalah ilmu yang mempelajari ciri-ciri umum semua jenis gejala-gejala sosial lain.
2. Roucek dan Warren
Sosiologi adalah ilmu yang mempelajari hubungan antara manusia dalam kelompok-kelompok.
3. William F. Ogburn dan Mayer F. Nimkopf
Sosiologi adalah penelitian secara ilmiah terhadap interaksi sosial dan hasilnya, yaitu Organisasi sosial
4. J.A.A Von Dorn dan C.J. Lammers
Sosiologi adalah ilmu pengetahuan tentang struktur-struktur dan proses-proses kemasyarakatan yang bersifat stabil.
5. Max Weber
Sosiologi adalah ilmu yang berupaya memahami tindakan-tindakan sosial.
6. Selo Sumardjan dan Soelaeman Soemardi
Sosiologi adalah ilmu kemasyarakatan yang mempelajari struktur sosial dan proses-proses sosial termasuk perubahan sosial.
7. Paul B. Horton
Sosiologi adalah ilmu yang memusatkan penelaahan pada kehidupan kelompok dan produk kehidupan kelompok tersebut.
8. Soejono Sukamto
Sosiologi adalah ilmu yang memusatkan perhatian pada segi-segi kemasyarakatan yang bersifat umum dan berusaha untuk mendapatkan pola-pola umum kehidupan masyarakat.
9. William Kornblum
Sosiologi adalah suatu upaya ilmiah untuk mempelajari masyarakat dan perilaku sosial anggotanya dan menjadikan masyarakat yang bersangkutan dalam berbagai kelompok dan kondisi.
10. Allan Jhonson
Sosiologi adalah ilmu yang mempelajari kehidupan dan perilaku, terutama dalam kaitannya dengan suatu sistem social
11.Emile Durkheim
Sosiologi adalah suatu ilmu yang mempelajari fakta-fakta sosial, yakni fakta yang mengandung cara bertindak, berpikir, berperasaan yang berada di luar individu di mana fakta-fakta tersebut memiliki kekuatan untuk mengendalikan individu
Dari berbagai definisi diatas, maka dapat disimpulkan bahwa :
Sosiologi adalah ilmu yang membicarakan apa yang sedang terjadi saat ini, khususnya pola-pola hubungan dalam masyarakat serta berusaha mencari pengertian-pengertian umum, rasional, empiris serta bersifat umum.
C. NILAI-NILAI DALAM OLAHRAGA
Dalam olahraga terdapat nilai yang terkandung didalamnya dan berdampak langsung pada olahraga itu sendiri.Adapun pengertian nilai dalam olahraga adalah suatu skor atau anggapan sesuatu tentang apa yang dianggap baik atau apa yang dianggap buruk. Nilai mencerminkan keadaan suatu benda, dimana benda yang bernilai baik akan mempunyai banyak keuntungan dan fungsi bagipemiliknya.
Dalam olahraga juga terdapat berbagai nilai yang harus diketahui oleh olahragawan agar mereka memperoleh pengetahuan tentang pentingnya nilai dalam olahraga. Suatu ketika seorang pemain basket melakukan interaksi atau saling berkomunikasi dengan teman satu timnya. Dia melakukan serangan dengan saling mempassing dengan teman satu timnya, lalu mengecoh lawan dan memasukkan bola. Dari interaksi itulah maka tercipta poin
Selain nilai yang dimaksudkan diatas terdapat nilai yang mengatur dan saling melengkapi dalam satu sistem yaitu :
1. Nilai sportifitas dalam olahraga
yaitu merupakan kata sifat yang berarti jujur dan ksatria atau gagah. Dan kata sportivitas yang sebagai kata benda mempunyai arti orang yang melakukan olahraga tersebut (harus) memiliki kejujuran dan sikap ksatria dalam bertindak dan berprilaku saat berolahraga, seperti disiplin, mengikuti ketentuan dan peraturan yang telah ditetapkan atau yang telah disepakati bersama, terutama saat mengikuti suatu pertandingan atau perlombaan olahraga.
Jadi sportivitas dalam olahraga adalah prilaku atau tindakan dari seorang atau sekelompok olahragawan yang memperlihatkan sikap jujur, ksatria, disiplin, dan menaati ketentuan dan peraturan pertandingan/perlombaan olahraga.Untuk mencapai sesuatu yang diharapkan.
2. Nilai agama dalam olahraga
Hubungan antara olahraga dan agama yaitu tentang kejujuran serta keadilan.Agama mengajarkan kita untuk bersikap jujur dan adil. Sebagai atlit atau wasit dituntut untuk profesional dalam menjalaninya.Dalam bertanding, misalnya kita harus fairplay dan sportif. Serta sebagai wasit,kita harus bersikap adil dan tidak membela salah satu kelompok pemain.Jadi hubungan olahraga dan agama itu sangat penting untuk dipahami.
Dalam berolahraga kita diajarkan untuk bersikap jujur dan sportif seperti yang diajarkan agama kita harus selalu bersikap jujur dan adil. Selain itu dengan berolahraga kita bisa menyehatkan jasmani dan rohani serta pikiran kita.
3. Nilai budaya dalam olahraga
Yaitu merupakan nilai- nilai yang disepakati dan tertanam dalam suatu masyarakat, lingkup organisasi, lingkungan masyarakat, yang mengakar pada suatu kebiasaan, kepercayaan (believe), simbol-simbol, dengan karakteristik tertentu yang dapat dibedakan satu dan lainnya sebagai acuan prilaku dan tanggapan atas apa yang akan terjadi atau sedang terjadi.
Nilai-nilai budaya akan tampak pada simbol-simbol, slogan, moto, visi misi, atau sesuatu yang nampak sebagai acuan pokok motto suatu lingkungan atau organisasi.
Ada tiga hal yang terkait dengan nilai-nilai budaya ini yaitu :
1) Simbol-simbol, slogan atau yang lainnya yang kelihatan kasat mata (jelas)
2) Sikap,
3) prilaku.
4. Nilai ekonomi dalam olahgara
Yaitu seberapa banyak olahraga tersebut disukai banyak orang dan memiliki nilai hiburan tinggi sehingga menghasilkan uang.
Nilai ekonomi olahraga mengikuti perkembangan masyarakat perbudakan dan semakin meningkat pada zaman feodalisme hinggi kini kapitalisme. Pada zaman kapitalisme ini, sisa zaman perbudakan masih bisa kita lihat seperti gulat dan tinju. Selain nilai hiburan, olahraga pada zaman feodalisme adalah juga tontonan dari kelas yang berlawanan. Kelas penguasa tuan-tuan tanah mengadu budak budak mereka untuk jadi hiburan, bila yang melawan maka akan dibunuh. Nah, zaman kapitalisme inilah olahraga dijadikan nilai ekonomi
5. Nilai sosial dalam olahraga
Yaitu sebuah proses pembauran tanpa pembatas suku, ras dan agama. Proses kesetaraan ini dipandu oleh rasa persaudaraan dalam meningkatkan kemampuan berolahraga.Nilai-nilai olahraga ini mengikuti perkembangan masyarakatnya yang bisa dilihat dari sistem perekonomian dan budayanya. Nilai-nilai kejiwaan dan sosial terlihat pada masa masyarakat komunal primitif. Sejarah menunjukkan zaman tersebut manusia berolahraga sesuai dengan peradabannya, misal berburu dengan panah atau lempar batu. Tidak ada pemenang dan Drs. Suparto mengemukakan bahwa nilai-nilai sosial memiliki fungsi umum dalam masyarakat. Di antaranya nilai-nilai dapat menyumbangkan seperangkat alat untuk mengarahkan masyarakat dalam berpikir dan bertingkah laku. Selain itu, nilai sosial juga berfungsi sebagai penentu terakhir bagi manusia dalam memenuhi peranan-peranan sosial. Nilai sosial dapat memotivasi seseorang untuk mewujudkan harapan sesuai dengan peranannya. Contohnya ketika menghadapi konflik, biasanya keputusan akan diambil berdasarkan pertimbangan nilai sosial yang lebih tinggi. Nilai sosial juga berfungsi sebagai alat solidaritas di kalangan anggota kelompok masyarakat. Dengan nilai tertentu anggota kelompok akan merasa sebagai satu kesatuan. Nilai sosial juga berfungsi sebagai alat pengawas (kontrol) perilaku manusia dengan daya tekan dan daya mengikat tertentu agar orang berprilaku sesuai dengan nilai yang dianutnya
Dalam aktivitas olahraga tentu ada aspek positif , antara lain sebagai berikut :
1) Mampu menggerakkan aktivitas sosial, ekonomi, dan politik: adanya interaksi antar manusia (individu dan kelompok), adanya kegiatan jasa, adanya penyerapan tenaga kerja.
2) Mampu mengangkat harga diri pelaku olahraga/atlet/pelatih/pembina/ organisasi/daerah dan bangsa, kesejahteraan pembina olahraga, dan martabat
D. ETIKA DAN MORAL DALAM OLAHRAGA
Dalam ilmu sosiologi terdapat etika dan moral dalam pergaulan sehari-hari dan pada olahraga juga dikenal etika dan moral dan keduanya saling berkaitan.
Hakikat etika itu sendiri adalah etika secara etimologis, kata ethics berasal dari kata Yunani, ethike yang berarti ilmu tentang moral atau karakter. Studi tentang etika itu secara khas sehubungan dengan prinsip kewajiban manusia atau studi tentang semua kualitas mental dan moral yang membedakan seseorang atau suku bangsa. Etika tidak mempunyai pretensi untuk secara langsung dapat membuat manusia menjadi lebih baik. Etika adalah pemikiran sistematis tentang moralitas, dimana yang dihasilkannya secara langsung bukan kebaikan, melainkan suatu pengertian yang lebih mendasar dan kritis. (Franz Magnis Suseno,1989). Lebih lanjut dikatakan bahwa etika adalah sebuah ilmu, bukan sebuah ajaran. Jadi etika dan ajaran-ajaran moral tidak berada di tingkat yang sama. Untuk memahami etika, maka kita harus memahami moral.
Selanjutnya Suseno mengatakan bahwa Etika pada hakikatnya mengamati realitas moral secara kritis. Etika tidak memberikan ajaran, melainkan memeriksa kebiasaan-kebiasaan, nilai-nilai, norma-norma dan pandangan-pandangan moral secara kritis.Senada dengan Scott Kretchmar mengemukakan etika mendasari tentang cara melihat dan mempromosikan kehidupan yang baik, tentang mendapatkannya, merayakannya dan menjaganya. Etika terkait dengan nilai-nilai pemeliharaan seperti kebenaran, pengetahuan, kesempurnaan, persahabatan dan banyak nilai-nilai lainnya.
Etika dalam olahraga sangat diperlukan tanpa etika pelaku olahraga tidak dapat memahami konsep dasar dari olahraga itu sendiri misalnya seorang pemain bola yang tidak memahami etika dalam permainan apabila terjadi pelanggaran pemain tersebut dapat mengeluarkan pernyataan dan kata-kata yang tidak semestinya sehingga menambah rumit permasalahan tersebut dan memicu konflik yang lebih meluas lagi,karena itulah begitu pentingnya etika dalam berolahraga.
Moral juga memegang peranan yang sama pentingnya dalam berolahraga moral sangat menentukan tingkat matangnya mental dari seorang pelaku olahraga.
Dan adapun hakekat dari moral itu sendiri adalah Istilah moral dikaitkan dengan motif, maksud dan tujuan berbuat, moral berkaitan dengan niat. Suseno mengatakan bahwa moral selalu mengacu pada baik-buruknya manusia sebagai manusia. Bidang moral adalah bidang kehidupan manusia dilihat dari segi kebaikannya sebagai manusia. Norma-norma moral adalah tolok ukur untuk menentukan betul-salahnya sikap dan tindakan manusia dilihat dari segi baik-buruknya sebagai manusia dan bukan sebagai pelaku peran tertentu dan terbatas. Selanjutnya dikatakan bahwa ada norma-norma khusus yang hanya berlaku dalam bidang atau situasi khusus. Seperti bola tidak boleh disentuh oleh pemain sepakbola, bila permainan berhenti maka aturan itu sudah tidak berlaku.
Lebih lanjut dikatakan ada 4 nilai moral yang menjadi inti dan bersifat universal dan melekat dalam nilai moral dari ilmu olahraga yaitu :
1. Keadilan.
Keadilan ada dalam beberapa bentuk ; distributif, prosedural, retributif dan kompensasi. Keadilan distributif berarti keadilan yang mencakup pembagian
keuntungan dan beban secara relatif. Keadilan prosedural mencakup persepsi terhadap prosedur yang dinilai sportif atau fair dalam menentukan hasil. Keadilan retributif mencakup persepsi yang fair sehubungan dengan hukuman yang dijatuhkan bagi pelanggar hukum. Keadilan kompensasi mencakup persepsi mengenai kebaikan atau keuntungan yang diperoleh penderita atau yang diderita pada waktu sebelumnya.Seorang wasit bila ragu memutuskan apakah pemain penyerang berada pada posisi off-side dalam sepakbola, ia minta pendapat penjaga garis. Semua pemain penyerang akan protes, meskipun akhirnya harus dapat menerima, jika misalnya wasit dalam kasus lainnya memberikan hukuman tendangan penalti akibat pemain bertahana menyentuh bola dengan tanganya, atau sengaja menangkap bola di daerah penalti. Tentu saja ia berusaha berbuat seadil mungkin. Bila ia kurang yakin, mungkin cukup dengan memberikan hukuman berupa tendangan bebas.
2. Kejujuran.
Kejujuran dan kebajikan selalu terkait dengan kesan terpercaya, dan terpercaya selalu terkait dengan kesan tidak berdusta, menipu atau memperdaya. Hal ini terwujud dalam tindak dan perkataan.
Semua pihak percaya bahwa wasit dapat mempertaruhkan integritasnya dengan membuat keputusan yang fair. Ia terpercaya karena keputusannya mencerminkan kejujuran.
3. Tanggung Jawab.
Tanggung jawab merupakan nilai moral penting dalam kehidupan bermasyarakat, tanggung jawab ini adalah pertanggungan perbuatan sendiri. Seorang atlet harus bertanggung jawab kepada timnya, pelatihnya dan kepada permainan itu sendiri, tanggung jawab ini merupakan nilai moral terpenting dalam olahraga.
4. Kedamaian
Kedamaian mengandung pengertian : a)tidak akan menganiaya, b)mencegah penganiayaan, c) menghilangkan penganiaan, dan d)berbuat baik. Bayangkan bila ada pelatih yang mengintrusksikan untuk mencederai lawan agar tidak mampu bermain
Lain halnya dengan Freeman dalam buku Physical Education and Sport in A cahanging Society menyarankan 5 area dasar dari etika yang harus diberikan yaitu:
1. Keadilan dan Persamaan
Anak didik atau atlet adalah mengharapkan perlakuan yang adil dan sama. Anak didik ingin sebuah kesempatan untuk belajar yang sama. Seringkali anak didik yang di bawah rata-rata dalam olahraga diabaikan.
2. Respek terhadap diri sendiri
Pelajar atau atlet membutuhkan respek terhadap diri sendiri dan imej positif tentang dirinya untuk menjadi sukses. Pelatih dan pengajar yang melatih semua anak didiknya dengan sama mengambil langkah tepat dalam setiap arahnya agar anak didiknya merasa dirinya penting dan layak dimata pengajarnya.
3. Rasa hormat dan kepedulian terhadap orang lain.
Pelajar dan atlet membutuhkan rasa hormat kepada orang lain, apakah teman sekelasnya, lawan bertanding, guru ataupun pelatihnya. Mereka perlu belajar tentang bagaimana pentingnya memperlakukan orang lain dengan hormat.
4. Menghormati peraturan dan kewenangan
Pelajar dan atlet perlu menghormati kewenangan dan peraturan, karena tanpa kedua hal ini suatu perhimpunan tidak akan berfungsi
5. Rasa terhadap perspektif atau nilai relatif
Beberapa pertanyaan tentang gunanya berolahraga perlu dipertimbangkan diantaranya ; a) seberapa penting olahraga, b) apakah hubungan yang tepat antara olahraga dalam filosofi pendidikan kita?,c)Seberap penting suatu kemenangan dan d) apa yang menjadi integritas akademik kita?
E. FUNGSI SOSIAL OLAHRAGA
Kerangkah berikir untuk menelaah fenomena sosial olah raga yang dikembangkan Nixon Stevenson 25 tahun lalu relevan untuk dibahas kembali. Kerangka berpikir ini memandang olahraga sebagai sebuahpranata sosial yang mengandung potensi untuk menjalankan beberapa fungsi yaitu fungsi sosial emosional , fungsi sosialisasi, fungsi integratif, fungsi politik, dan fungsi mobilitas sosial. Beberapa fungsi diatas dapat dikatakan fungsi instrumental olahraga.
Fungsi sosio emosional olahraga meliputi dua mekanisme yaitu :
1. Mekanisme untuk mengelola ketegangan dan konfik pada individu melalui saluran katartis dan aestetis.
2. Pemberian kesempatan untuk membangkitkan adanya komunitas, pengakuan sebagai salah satu bentuk acara ritual untuk mempertahankan eksistensi budaya dan status sosial.
Fungsi sosialisasi olah raga tercemin dalam kepercayaan bahwa olahraga adalah agen penting penting untuk mengalihkan nilai-nilai budaya kepada individu sehingga karakteristik kepribadiannya berkembang. Proses sosialisasi dalam kerangka pendidkan via gerak insani itu pada dasarnya adalah proses pembelajaran keterampilan, sifat-sifat, nilai, sikap, norma dan pengetahuan yang dikaitkan dengan prilaku yang ada pada saat sekarang atau yang diantisipasi sesuai dengan peranan sosial (De knop, 1996).Mekanisme yang berkaitan dengan dalam fungsi sosial yaitu adanya aspek pengukuh dan peniruan tokoh idola sebagai model.
Fungsi integrasi olahraga berarti bahwa melalui olahraga dapat dicapai integrasi harmonis antar individu yang tadinya terpisah, teralienasi, atau terbuang dari lingkungnnya. Melalui kegiatan olahraga, proses identifikasi individu kedalam situasi kolektif akan tercapai.
Hal ini terjadi melalui dua macam mekanisme yaitu :
1. Melalui perasaan kental sebagai warga komunitas , seperti halnya terjadi dalam tim kabupaten , tim provinsi, atau tim nasional.
2. Melalui perasaan sebagai ”orang dalam” dan “orang luar” integrasi terjadi karena kebulatan komitmen untuk mencapai tujuan bersama.
Penyelenggaran Pekan Olahraga Nasional (PON), Sejak PON I 1948 di Solo yang diselenggarakan dengan suasana yang sangat prihatin, hingga PON sekarang mengandung makna penting untuk menggalang integrasi bangsa.Pendirian “perkampungan atlet senayan” sebelm dibongkar terkesan sebagai desa nusantara yang transparan sementara stadion utama senayan dengan konstruksi atap temu gelang yang membanggakan merupakan sebuah mangkuk besar tempat para pemuda berenang melumatkan perasaannya untuk menjadi satu, telah meleburkan pagar pribadi yang terjadi karena perbedaan agama, ras,dan suku bangsa
Selain dari pada itu pendidikan jasmani dan olahraga begitu kaya akan pengalaman emosional. Aneka macam emosi terlibat di dalamnya. Kegiatan pendidikan jasmani dan olahraga yang berakar pada permainan, ketrampilan dan ketangkasan memerlukan pengerahan energi untuk menghasilkan yang terbaik.
Pantas rasanya jika kita setuju untuk mengemukakan bahwa pendidikan jasmani dan olahraga merupakan dasar atau alat pendidikan dalam membentuk manusia seutuhnya, dalam pengembangan kemampuan cognitif, afektif dan psikomotor yang behavior dalam membentuk kemampuan manusia yang berwatak dan bermoral.
Dari pemaparan materi dan teori yang dipaparkan diatas maka sebagai pelatih olahraga maupun guru penjas maka hendaknya kita mengetahui karakter peserta didik. Karakter anak didik yang dimaksud tentunya tidak lepas dari karakter bangsa Indonesia serta kepribadian utuh anak, selain harus dilakukan oleh setiap orangtua dalam keluarga, juga dapat diupayakan melainkan pendidikan nilai di sekolah. Saran yang bisa diangkat yaitu :
1). Seluruh suasana dan iklim di sekolah sendirii sebagai lingkungan sosial terdekat yang setiap hari dihadapi, selain di keluarga dan masyarakat luas, perlu mencerminkan penghargaan nyata terhadap nilai-nilai kemanusiaan yang mau diperkenalkan dan ditumbuhkembangkan penghayatannya dalam diri peserta didik. Misalnya, kalau sekolah ingin menanamkan nilai keadilan kepada para peserta didik, tetapi di lingkungan sekolah itu mereka terang-terangan menyaksikan berbagai bentuk ketidakadilan, maka di sekolah itu tidak tercipta iklim dan suasana yang mendukung keberhasilan pendidikan nilai. (Seperti praktek jual-beli soal, mark up nilai, pemaksaan pembelian buku dsb)
2). Tindakan nyata dan penghayatan hidup dari para pendidik atau sikap keteladanan mereka dalam menghayati nilai-nilai yang mereka ajarkan akan dapat secara instingtif mengimbas dan efektif berpengaruh pada peserta didik. Sebagai contoh, kalau guru sendiri memberi kesaksikan hidup sebagai pribadi yang selalu berdisiplin, maka kalau ia mengajarkan sikap dan nilai disiplin pada peserta didiknya, ia akan lebih disegani.
3). Semua pendidik di sekolah, terutama para guru pendidikan jasmani perlu jeli melihat peluang-peluang yang ada, baik secara kurikuler maupun non/ekstra kurikuler, untuk menyadarkan pentingnya sikap dan perilaku positif dalam hidup bersama dengan orang lain, baik dalam keluarga, sekolah, maupun dalam masyarakat. Misalnya sebelum pelajaran dimulai, guru menegaskan bila anak tidak mengikuti pelajaran karena membolos, maka nilai pelajaran akan dikurangi.
4). Secara kurikuler pendidikan nilai yang membentuk sikap dan perilaku positif juga bisa diberikan sebagai mata pelajaran tersendiri, misalnya dengan pendidikan budi pekerti. Akan tetapi penulis tidak menyarankan untuk di lakukan.
5). Melalui pembinaan rohani siswa, melalui kegiatan pramuka, olahraga, organisasi, pelayanan sosial, karya wisata, lomba, kelompok studi, teater, dll. Dalam kegiatan-kegiatan tersebut para pembina melihat peluang dan kemampuannya menjalin komunikasi antar pribadi yang cukup mendalam dengan peserta didik.
Adapun dampak yang dapat ditimbulkan apabila dimensi sosilogi tidak dimunculkan dalam kegiatan olahraga salah satunya adalah dampak terpinggirkan dampak lebih lanjut dari rasa terpinggirkan ialah timbulnya kebencian terhadap olahraga ! Kondisi demikian merupakan kondisi psikologis yang sangat tidak menguntungkan bagi perkembangan dan penyebarluasan olahraga di masyarakat. Dengan pengelolaan yang baik maka suasana lapangan dikala melakukan olahraga kesehatan, akan sangat meningkatkan gairah dan semangat hidup para Pelakunya Demikianlah maka potensi Pendidikan Jasmani dan Olahraga (Kesehatan) sangat perlu difahami oleh semua fihak yang berkepentingan dalam pembinaan Peserta didik. Oleh karena itu pula maka tanpa Pendidikan Jasmani dan Olahraga, maka sesungguhnya Pendidikan menjadi tidak lengkap!
Olahraga kesehatan yang disajikan haruslah yang bersifat massaal dan memenuhi ciri olahraga kesehatan misalnya : jalan cepat atau lari lambat (jogging), senam aerobik, pencak-silat, karate dan sejenisnya. Tiga yang terakhir lebih baik dari pada yang pertama oleh karena dapat menjangkau semua sendi dan otot serta dapat merangsang proses berpikir Pelakunya. Kalaupun olahraga yang akan disajikan adalah bentuk permainan, maka permainan itu harus dapat melibatkan seluruh siswa. Tidak boleh ada seorangpun siswa yang hanya menjadi penonton, kecuali yang sakit.
aktivitas jasmani maka sesungguhnya pendidikan jadi tidak lengkap aktivitas jasmani dan olahraga adalah sarana yang sangat efektif dan efisien untuk meningkatkan disiplin dan rasa tanggung jawab dalam diri setiap individu, khususnya bagi siswa Sekolah Dasar.
Selain itu, senam juga bisa membantu siswa melepaskan diri dari stress dan kejenuhan dalam menjalani kehidupan sehari-hari. Demikian diungkapkan staf Ahli Bidang Sumber Daya Pemuda Kemenegpora, Tunas Dwidharto dalam pembukaan Pelatihan Pengembangan Model Aktivitas Jasmani dan Olahraga khusus untuk siswa Sekolah Dasar (SD).
F. GERAK DALAM OLAHRAGA
Olahraga = gerak raga yang teratur dan terencana dengan intensitas yang sesuai untuk keperluan berbagai tujuan (pendidikan, kesehatan, rekreasi, prestasi).Gerak adalah ciri kehidupan Tiada hidup tanpa gerak. Apa guna hidup bila tak mampu bergerak,memelihara gerak sama dengan mempertahankan hidup, meningkatkan kemampuan gerak sama dengan meningkatkan kualitas hidup. Bergeraklah untuk lebih hidup, jangan hanya bergerak karena masih hidup. Olahraga adalah kebutuhan
Maksud dari pernyataan tersebut adalah olah raga dapat :
a) Merangsang pertumbuhan dan perkembangan jasmani, rohani dan sosial
b) Merangsang kecerdasan intelektual
c) Menyehatkan dan mencegah penyakit non-infeksi
Konsep Dasar (Pembelajaran) Olahraga intra kuri-kuler di Sekolah Dasar adalah :
a) Massal, mudah, murah, menggembirakan, manfaat dan aman !
b) Padat gerak, menekankan pengembangan dan pengayaan kemampuan koordinasi berbagai macam gerak (dasar)
c) Semua siswa harus berpartisipasi aktif, tidak ada siswa yang hanya menjadi penonton
d) Menyehatkan masa kini dan mempersiapkan SDM bermutu bagi masa depan
e) Membekali kemampuan koordinasi gerak utk menjadi Atlet elite masa depan
f) Untuk usia SD tidak perlu ada pemisahan jenis kelamin (Watson,1992),
Bagan konsep (Pembelajaran) Olahraga di (usia) Sekolah Dasar:
G. KETERAMPILAN GERAK KESEHATAN
Akurasi gerak/ keindahan gerak Anaerobik dan aerobic dibagi atas :
a) Gerak berirama: Tari, Senam aerobik,disebut Sehat dinamis
b) Gerak komplex: Senam irama, p.silat, karate, dsb –> Kebugaran Jasmani
c) Pembekalan menjadi Atlet elit masa depan.
Adapun teknik Pengayaan kemampuan koordinasi gerak dalam olahraga adalah :
a) Intensitas sesuai untuk tujuan Olahraga Kesehatan.
b) Pembelajaran ketrampilan gerak dasar (kemampuan koordinasi) akan masuk ke dalam kotak memori oleh karena itu pembelajaran ketrampilan gerak dasar harus bersifat pengalaman dan pengayaan, yang akan tersimpan menjadi kekayaan gerak (dalam kotak memori) untuk keperluan pembelajaran ketrampilan gerak kecabangan olahraga di masa depan,
c) Pelatihan (untuk meningkatkan) kemampuan dasar tidak masuk ke kotak memori, artinya tidak dapat disimpan dan harus senantiasa dipelihara agar sesuai dengan kebutuhan masa kini. Artinya sehat dinamis / kebugaran jasmani harus senantiasa dipelihara agar sesuai dengan kebutuhan masa kini.
d) Pembelajaran dapat dilakukan dengan intensitas yang adekuat (denyut nadi mencapai 60-85% DNM), sehingga sekaligus menjadi Pelatihan untuk memelihara / meningkatkan derajat sehat dinamis/ kebugaran jasmani.
e) Sehat Dinamis hanya dapat diperoleh bila ada kemauan mendinamiskan diri sendiri Hukumnya = makan : Siapa yang makan, dia yang kenyang ! Siapa yang mengolah-raganya, dia yang sehat ! Tidak diolah berarti siap dibungkus ! Klub Olahraga Kesehatan (Or-Kes) = Lembaga Pelayanan Kesehatan (Dinamis) di lapangan.
f) Lembaga Pendidikan Umum (Sekolah) Dasar harus berfungsi sbg Lembaga Pelayanan Kesehatan lapangan, dalam rangka program pokok Meningkatkan kualitas hidup anak (siswa) masa kini, maupun mutu sumber daya manusia masa depan dan atlet elite masa depan.
Adapun takaran Olahraga Kesehatan ibarat makan yaitu
o berhenti makan menjelang kenyang
o tidak makan dapat menjadi sakit
o kelebihan makan mengundang penyakit.
Jadi berolahragalah secukupnya (adekuat), jangan tidak berolahraga karena kalau tidak berolahraga mudah menjadi sakit, sebaliknya kalau berolahraga berlebihan dapat menyebabkan sakit.
Makna dan Misi Pendidikan Jasmani dan olahraga
pembinaan mutu sumber daya manusia terpenting. Membina anak (siswa) menjadi sumber daya manusia yang unggul dalam aspek jasmani, rohani dan sosial melalui berbagai bentuk
Media pendidikan Pembelajaran Olahraga di Lembaga Pendidikan adalah :
a) Lembaga Pendidikan sama dengan Lembaga formal dan keilmuan yang sesuai.
b) Acuan tertinggi mutu SDM SEHAT WHO yaitu SDM yang Sejahtera jasmani.
Sehat WHO adalah konsep sehat sempurna sehat yang menjadi cita-cita, tujuan atau acuan pembinaan mutu SDM.
Pendidikan Jasmani adalah kegiatan jasmani untuk media pendidikan. Pendidikan adalah proses mengembangkan:
a) Domain kognitif adalah Pengetahuan / keilmuan
b) Domain afektif :
o Sikap rohaniah meliputi: aspek mental, intelektual dan spiritual,
o Sikap sosial yang sesuai dengan pengetahuan baru yang telah diperolehnya, yang sesuai dengan norma sosial kehidupan masyarakat, yang diperoleh melalui Pendidikan Jasmani. Pendidikan jasmani adalah pendidikan melalui pendekatan ke aspek sejahtera Jasmani, sejahtera Rohani dan sejahtera Sosial melalui kegiatan jasmani, untuk menghasilkan manusia-manusia yang santun, bukan bobotoh (supporters) yg merusak.
c) Domain psikomotor adalah perilaku sehari-hari yang sesuai dengan pengetahuan baru yang telah diperolehnya melalui Penjas olahraga.
Olahraga Intra Kurikuler kegiatan jasmani untuk Pembelajaran dan Pelatihan jasmani adalah kegiatan jasmani untuk memperkaya dan meningkatkan kemampuan dan ketrampilan gerak dasar. Merupakan pendekatan ke aspek sejahtera jasmani atau sehat jasmani (sehat dinamis) adalah sehat dikala bergerak untuk dapat memenuhi segala tuntutan gerak kehidupan sehari-hari anak dalam tugasnya sebagai siswa; yaitu memiliki tingkat Kebugaran Jasmani yang adekuat (memadai) dan untuk mempersiapkan anak menjadi Atlet masa depan. Olahraga intra kurikuler adalah Olahraga massaal, bukan olahraga kecabangan .
Olahraga massal adalah olahraga yang (dapat) dilakukan sejumlah besar orang secara bersamaan / beramai-ramai atau olahraga masyarakat, hakekatnya adalah olahraga kesehatan karena tujuan utamanya yaitu memelihara atau meningkatkan derajat sehat (dinamis), di samping dapat pula untuk tujuan rekreasi dan sosialisasi. Olahraga masyarakat atau olahraga kesehatan dapat mewujudkan kebersamaan dan kesetaraan dalam berolahraga oleh karena tidak ada tuntutan keterampilan olahraga tertentu sehingga semua orang merasa akan bisa dan setara. Dengan demikian maka olahraga kesehatan atau olahraga masyarakat merupakan bentuk pendekatan ke aspek sejahtera rohani.
Tujuan dari Pendidikan Jasmani dan (Pembelajaran) Olahraga intra Kurikuler adalah:
a) Membina mutu sumber daya manusia (anak) seutuhnya untuk masa kini maupun untuk masa depan, untuk mendapatkan manusia yang sehat / bugar seutuhnya atau sejahtera seutuhnya yaitu sejahtera jasmani, rohani dan sosial sesuai rumusan sehat WHO.
b) Anak yang berolahraga dan terus berolahraga dalam cabang Olahraga pilihannya (extra kurikuler), adalah atlet elite masa depan. Oleh karena itu para Pembina Olahraga Anak dan khususnya para Guru Penjas Olahraga di Sekolah, tidak boleh membuat anak menjadi frustrasi dalam berolahraga.
Olahraga Kesehatan memiliki prasyarat sebagai berikut :
a) Intensitasnya sedang, setingkat di atas intensitas aktivitas fisik dalam kehidupan sehari-hari, jadi bukan olahraga berat
b) Titik berat Olahraga (Kesehatan) intra kurikuler adalah: Pengembangan dan pengayaan kemampuan koordinasi gerak dengan
intensitas Kesehatan, untuk kebutuhan anak pada masa kini dan mempersiapkan anak menjadi atlet elite masa depan.
c) Meningkatkan derajat kesehatan dinamis – sehat dengan kemampuan gerak yang dapat memenuhi kebutuhan gerak sehari-hari dalam tugasnya sebagai siswa.
d) Bersifat padat gerak, bebas stress, singkat (cukup 10-30 menit tanpa henti), mudah, murah, menggembirakan, massaal, fisiologis (manfaat & aman).
e) Massal atau ajang silaturahim sejahtera Rohani dan Sosial
f) Ajang pencerahan stress sejahtera Rohani
g) Ajang komunikasi sosial Sejahtera Sosial
Sehat dinamis dan kemampuan koordinasi gerak (mampu memperagakan berbagai gerak secara lincah dan akurat merupakan landasan bagi pelatihan ketrampilan kecabangan Olahraga Prestasi. Dalam pelaksanaan Pendidikan Jasmani dan (Pembelajaran) olahraga intra kurikuler seluruh siswa harus terlibat
Kondisi Pendidikan Jasmani dan Pembelajaran olahraga di Sekolah Dasar saat ini adalah :
a) Waktu = 3 x 45 menit/minggu
b) Sarana – prasarana sangat terbatas
c) Kurikulum Pendidikan Jasmani dan (Pembelajaran) Olahraga pada saat ini lebih berorientasi kepada Olahraga Kecabangan :
d) Cenderung individual dan cenderung mengacu pencapaian prestasi
Olahraga prestasi biasanya mahal dalam hal :
a) Sarana – prasarana
b) Waktu, perlu masa pelatihan yang panjang
c) Tenaga dan biaya.
Olahraga kecabangan prestasi hendaknya menjadi pilihan dan diselenggarakan sebagai kegiatan extra kurikuler. Demi kenyataan masa Kini dan harapan bagi masa depan reposisi atau pikir ulang apa perlunya pendidikan Jasmani dan Pembelajaran olahraga di usia SD secara intra kurikuler
Penjas olahraga perlu dikembalikan pada posisi dasar fungsinya yaitu :
a) Penggunaan Olahraga/Kegiatan Jasmani sebagai media Pendidikan
b) Penggunaan Olahraga sebagai alat pelatihan untuk memelihara dan meningkatkan derajat sehat dinamis menuju kondisi Sejahtera paripurna siswa masa kini dan pembekalan anak untuk menjadi Atlet elite dan Sumber daya manusia bermutu bagi masa depan.
c) Reorientasi atau pikir ulang arah pembinaan Penjas olahraga bagi Siswa Sekolah Dasar.
Penjas olahraga sebagai program kurikuler disekolah perlu ditinjau kembali dalam hal :
a) Relevansinya dengan kebutuhan siswa / santri
b) Manfaat yang diharapkan
c) Kondisi nyata persekolahan ( rektualisasi
Reaktualisasi atau pikir ulang apakah Penjas olahraga di Sekolah Dasar sudah sesuai kebutuhan nyata ?
Jatah waktu pertemuan 3 x 45 menit/minggu, dapat disajikan untuk 3 x pertemuan/minggu @ 45 menit.
Revitalisasi atau pikir ulang bagaimana cara melaksanakan dan menggalakkan pelaksanaan Penjas olahraga di Sekolah Dasar untuk mencapai tujuan masa kini dan masa depan. Penjas olahraga di Sekolah dan Pondok Pesantren harus bersifat massaal dan disajikan dengan iklim yang menggembirakan siswa, sehingga semua siswa merasa butuh berolahraga dan selalu ingin berpartisipasi secara aktif, karena Penjas olahraga sebagai bagian dari paket kurikuler tidak membolehkan adanya siswa yang hanya menjadi Penonton, kecuali yang sakit.
Kualitas Petugas juga sangat menentukan keberhasilan misi di tingkat lapangan (dalam hal ini guru Penjas olahraga) serta pemahamannya mengenai makna pembelajaran Penjas olahraga di Sekolah Dasar. Ketulusan dan kesungguhan dalam pengabdiannya, serta kreativitas dan inovasinya dalam pembelajaran Penjas olahraga pada anak (usia) SD akan sangat menentukan keberhasilan misi yang diembannya.
Kebutuhan Pendidikan Jasmani dan (Pembelajaran) Olahraga di (usia) Sekolah Dasar dan di Pondok Pesantren harus dirasakan sebagai kebutuhan dan kenikmatan oleh siswa/santri, sehingga mereka akan merasa dirugikan manakala mata pelajaran Penjas olah raga ditiadakan.
Olahraga prestasi atau olahraga kecabangan yang bersifat prestatif perlu pula dikembangkan namun sebagai materi ekstra kurikuler, sebagai pilihan untuk menyalurkan bakat dan minat siswa/santri terhadap sesuatu cabang Olahraga.
Dari semua pernyataan diatas maka kita dapat mengetahui betapa pentingnya konsep sosiologi dalam penjas sehingga menimbulkan dimensi sosiologi yang bersinergi dan saling melengkapi.

No comments:

Post a Comment